herry a situmorang si"kerbend"
KOMUNITAS VEGETASI
Oleh : bpk. Dr. Ir. Djoko
Purnomo, M.P.
Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi,
biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan
berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas
tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam
komunitas itu berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk menelaah
komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam komunitas
percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap spesies
menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara
mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan kumpulan
individu-individu dari satu macam spesies.
Oosting memberikan definisi, komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang
saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan. Dari batasan yang ada,
komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu:
1. Komunitas biotik sebagai campuran
hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu habitat, merupakan bagian
terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan interaksi antara komponen
biotik dan abiotik.
2. Karena dalam habitat utama
biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka tumbuhan yang ada
menunjukkan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu.
Dengan demikian vegetasi merupakan percerminan iklim dan secara umum keadaaan
iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi konsep
indikator.
3. Komunitas sebagai satu kesatuan
sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang tidak jelas. Habitat
yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu komunitas yang
dapat mengkarakteristkkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat
utama yang seragam, disebut biotope.
Contoh: a. hamparan lumpur, pantai pasir, lautan, ditentukan
oleh sifat fisik.
b. padang alang-alang, hutan tusam, ditentukan
oleh unsur organismenya.
4. Setiap psesies dalam komunitas
memerlukan kondisi tertentu/toleransi tertentu terhadap habitat baik kondisi
fisik, kimia maupun biologi. Perubahan kondisi fisik yang spesies didalamnya
masih toleran disebut amplitudo ekologi.
5.
Selalu ada koeksistensi (kooperasi).
Karena kelompok-kelompok spesies dalam komunitas itu tidak
berdiri sendiri-sendiri maka mereka harus dapat hidup bersama dengan saling
mengatur. Di dalam hidup bersama itu interaksi di dalam spesies bisa bersifat
searah atau dua arah.
Contoh: Tumbuhan yang hidup di lapisan atas tidak dapat
hidup tanpa ada tumbuhan yang ada dibawahnya, atau sebaliknya sehingga terjadi
saling mengatur. Di dalam hidup bersamaam terjadi bermacam-macam interaksi
seperti:
-
Mutualisme :
Hidup bersama saling menguntungkan
-
Eksploitasi
: Suatu spesies hidup atas jerih payah spesies lain
-
Parasit
: Menempel pada tanaman lain dan merugikan
- Komensalisme :
Menempel pada tanaman lain, tidak merugikan
-
Kompetisi
: Persaingan antara dua atau lebih makhluk hidup
6.
Adanya dominasi spesies
Di dalam komunitas hanya ada dua atau tiga jenis spesies
yang dijumpai dalam keadaan melimpah. Spesies yang demikian disebut spesies
dominan.
7.
Di dalam komunitas selalu terjadi suksesi atau perubahan meskipun secara
lambat.
Komposisi
Komunitas
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas
di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di
permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas
bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap
spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan
maka perubahan di suatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan
komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan pergantian gradual
dalam suatu komposisi disebut continuum.
Terdapat
dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:
1.
Pandangan organisme
2.
Pandangan individualisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan ini
komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi
per-kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies,
populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm
beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara
fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi daripada
vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.
Sedangkan pandangan individualistik dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang
disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959).
Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai
suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies
merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas
yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap
terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak menghadapinya
bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang
kontinyu.
Ekoton
(Ecotona)
Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau
pertemuan antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang
khas. Daerah transisi antara komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan
antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik dan komunitas terestrial
merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui
biasanya berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat
berubah secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau
karena interaksi tanaman terutama kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba
terputus) ekoton merupakan daerah peralihan yang merupakan campuran dari dua
tipe komunitas yang bersebelahan. Pada keadaan yang kedua (kompetisi) ekoton
dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai banyak organisme dari
dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang khas
dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya (disampingnya) dengan
demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan populasi yang
sering lebih daripada komunitas disampingnya.
Kecenderungan meingkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan
dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling
banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge
spesies).
Stratifikasi
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka,
mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini
lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara
horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang
berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan
komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda
seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana.
Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang
terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam
sinusie epifit dan sebagainya.
Padang rumput mempunyai 3 strata:
1.
Lapisan perakaran dan rhisoma
2.
Lapisan atas tanah
3.
Lapisan rumput (herba)
Hutan stratanya lebih kompleks:
1.
Strata di bawah tanah
2.
Lahan hutan
3.
Permukaan tanah sampai 2 meter (herba)
4.
Semak (2-5 meter)
5. Lahan pohon/lapisan atas (top
story) 5-15 meter, tergantung hutannya ada yang 25-30 meter, 40-50 meter,
sequoia sampai 100 meter.
Klas
Bentuk Pertumbuhan (Life Form) Dan Spektrum Biologi
Iklim menentukan vegetasi di suatu wilayah, beberapa spesies dalam komunitas
dapat dikelompokkan kedalam beberapa bentuk pertumbuhan berdasarkan kenampakan
umum pertumbuhannya. Bentuk suatu vegetasi merupakan ekspresi dan indikator
iklim. Ide ini dipelopori oleh Raunkiaer (1934). Ia menganggap bahwa di bawah
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan yang mengendalikan bentuk
pertumbuhan dan mendorong terhadap suhu yang ekstrim dan kekeringan.
Raunkiaer memberikan tiga pedoman untuk menyatakan
karakteristik bentuk pertumbuhan:
1. Karakter itu harus struktural dan
esensial dan harus memberikan adaptasi morfologi yang penting.
2. Karakter itu harus cukup jelas
dan sudah dilihat di alam.
3. Semua bentuk pertumbuhan yang
digunakan harus menggunakan kriteria dengan sistem yang sama dan secara
statistik dapat untuk membandingkan komunitas satu dengan komunitas yang lain.
Gambar
5. Bentuk pertumbuhan (Life form)
1.
Phanerophytes
4. Cryptophytes
2.
Chamaephytes
5. Therophytes
3.
Hemicryptophytes
1.
Phanerophytes
Termasuk golongan ini ditandai dengan terdapatnya tunas di ranting atau cabang
dan ini biasanya berkayu (pohon dan semak) juga liana, epifit dan juga rumput
tahun.
Menurut tingginya Phanerophytes dikelompokkan menjadi:
a.
Megaphanerophytes lebih dari 30 meter
b.
Mesophanerophytes 8 sampai 30 meter
c.
Microphanerophytes 2 sampai 8 meter
d.
Nanophanerophytes
25 cm sampai 2 meter
Kecuali itu ditambah lagi apakah tunas (kuncup) terlindung
atau telanjang dan apakah tanaman selalu hijau atau kadang-kadang menggugurkan
daunnya.
2.
Chamaephytes
Tunas atau pucuk batang terletak di batang dan menjalar di atas tanah,
tinggi tanaman tidak lebih dari 25 cm, tetapi tunas selalu di atas tanah. Untuk
melindungi dari kondisi yang tidak menguntungkan tunas terletak di bawah
daun-daun yang mati di tempat-tempat yang bersalju.
Ada beberapa macam Chamaephytes:
a.
Subfructicosa chamaephytes : tunas terlindung oleh bahan-bahan mati.
b.
Passive
chamaephytes
: batang menjalar di atas tanah.
c.
Active
chamaephytes
: kuncup di atas tanah.
d.
Cushion
chamaephytes
: transisi Chamaephytes dan Hemicryptophytes.
3.
Hemicryptophytes
Tumbuhan ini hidup di permukaan tanah, rumput-rumput, begitu pula tunas dan
batang terlindung oleh tanah dan bahan-bahan mati.
4.
Cryptophytes
Tunas dan batang di permukaan tanah, bahan cadangan makanan di bawah tanah
dengan katagori sebagai berikut:
a.
Geophytes
: rhizoma, semua tumbuhan dengan bulbus, tuber.
b.
Helophytes
: tumbuhan yang hidup di tanah yang jenuh air.
c.
Hydrophytes : tumbuhan air.
5.
Therophytes
Meliputi tumbuhan semusim dan organ reproduksinya berupa biji, keabadiannya
terbesar lewat embrio dalam biji.
Klasifikasi
Braun-Blanquetes
Spektrum
biologi atau spektrum fitoklimatik
Sistem Raunkiaer secara umum mendasarkan pada cara dan posisi organ reproduksi
untuk mempertahankan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.
Dengan demikian karakter vegetasi adalah struktural,
esensial dan adaptial. Kemudian diinginkan dasar yang lebih sederhana untuk
perbandingan secara statistik. Dengan sederhana atas persentase bentuk
kehidupan (pertumbuhan) vegetasi aetiap areal yang merupakan komunitas vegetasi
inilah yang disebut spektrum biologi. Karena setiap klas-klas bentuk
kehidupan sangat berhubungan dengan lingkungannya maka spektrum biologi
merupakan petunjuk langsung (indikator) lingkungan. Raunkiaer membuat suatu
spektrum normal yang didasarkan atas sampling dari keadaan flora dunia di
seribu tempat (keadaan).
Spektrum normal melengkapi suatu dasar kehadiran persentase
setiap klas dalam flora, yang akan ditetapkan spektrum normal adalah:
Phanerophytes
: 46%
Chamaephytes
: 9%
Hemicryptophytes
: 26%
Cryptophytes
: 6%
Therophytes
: 13%
Kemudian
spektrum biologi dikerjakan dan dibandingkan dengan spektrum Raunkiaer ini.
Di hutan hujan tropik persentase phanerophytes di
tempat-tempat yang berbeda berkisar antara 0-74%. Persentase yang lebih besar
ini menyebabkan keadaan iklim yang phanerophytic. Persentase Therophytes lebih
dari 40% menyebabkan iklim yang ekstrim dingin. Persentase yang tinggi
Hemicryptophytes (lahan rumput) geophytes (Cryptophytes) iklim mediteran dan
dalam hutan musim dengan daun lebar. Tetapi karena banyaknya faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi yang kadang-kadang kondisi iklim tidak
dicerminkan oleh vegetasi maka kesimpulan-kesimpulannya sering salah.
Antara
lain seperti jumlah Therophytes yang besar di daerah Phanerophytes yang
dominan, juga aktivitas yang lain sangat cepat mengubah spektrum biologi. Untuk
lebih mencapai ketepatannya maka harus dilengkapi dengan pengaruh luas daun,
ukuran daun merupakan petunjuk yang sangat erat hubungannya dengan kondisi
iklim, pengelompokkan tersebut ialah:
1.
Leptophyl 25 mm2
2.
Nanophyl 25 - 225 mm2 (9 x 25)
3.
Microphyl 225 - 2025 mm2 (92 x 25)
4.
Mesophyl 2025 - 18.225 mm2 (93 x 25)
5.
Macrophyl 18.225 - 164.025 mm2 (94 x 25)
6.
Megaphyl lebih dari 164.025 mm2
Dinamika
Komunitas (Evolusi Komunitas)
Evolusi yang terjadi pada komunitas tumbuhan di suatu tanah
yang tadinya kosong (bero) terjadi dalam waktu yang lama dengan tahap-tahap yang
harus dilalui. Tahap-tahap ini sukar dinyatakan karena secara faktual proses
evolusi itu kontinyu. Tetapi bagaimanapun tahap ini harus dinyatakan dan
sebagai dasarnya ialah karakteristik vegetasi. Pada umumnya evolusi komunitas
vegetasi melalui beberapa tingkatan dan proses sebagai berikut:
1. Nudasi: yaitu terjadinya awal
suksesi yang waktu itu habitat karena sesuatu hal (erosi, deposit, glacial,
glassier, perubahan iklim, aktivitas biotik) menjadi tidak berpenghuni
(kosong).
2. Migrasi: disini meliputi
kolonisasi pertama jadi migrasi itu datangnya suatu tumbuhan di suatu habitat
yang mengalami nudasi itu, kedatangan tumbuhan itu dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain angin, air, binatang, manusia dan sebagainya.
Migrasi atau immigrasi tumbuhan disebut germinales kalau
masih benih (organ reproduktif) dan migrules atau propagules kalau sudah berupa
tumbuhan. Migrasi ini dapat berasal dari banyak tempat atau satu tempat saja.
3. Eksesis: ini merupakan proses
pemantapan pendatang (immigrasi) tetapi meskipun demi-kian tidak semua
pendatang itu berhasil di tempat yang baru. Ini merupakan kombinasi beberapa
faktor yang menyebabkan berhasilnya immigrasi tersebut di tempat baru itu.
4. Agregasi: pada mulanya vegetasi
pioner itu datang dalam jumlah yang sangat kecil dan mereka tumbuh saling
berjauhan, kemudian vegetasi ini akan membentuk organ-organ reproduktif yang
biasanya mudah tersebar di seantero permukaan habitat itu yang kemudian
membentuk kelompok-kelompok. Disini ada 2 kelompok:
a. Simple agregasi yaitu: apabila
agregasi itu hanya satu spesies saja.
b. Agregasi campuran yaitu migran
selain terdiri atas spesies tumbuhan utama jika ber-campur dengan beberapa
spesies lain.
5. Evolusi interaksi komunitas.
Disini terjadi hubungan yang pada mulanya sederhana menjadi
semakin kompleks antara lain eksploatasi, mutualisme dan koeksistensi dan
sebagainya.
6. Invasi: Dalam proses kolonisasi,
germinales mempunyai sifat yang agresif dan mudah mengadakan adaptasi sehingga
mencapai seluruh lahan dari waktu ke waktu. Vegetasi itu tumbuh dan berkembang
sehingga mencapai kemantapan. Disini invasi itu dapat bersifat sementara atau
permanen.
7. Reaksi: Ini meliputi kondisi baru
yang diciptakan dengan adanya vegetasi di suatu habitat. Pada dasarnya
perubahan itu melalui cara:
a. Pergantian sifat dan reaksi tanah
b. Dengan memodifikasi iklim
Kompetisi dan macam interaksi yang lain dapat menyebabkan
vegetasi mengalami kematian, dan ini akan merupakan humus di atas tanah. Humus
ini yang dapat menyebabkan lebih baiknya kondisi fisik dan tanah. Di samping
pengaruhnya terhadap tanah maka dengan bentuk-bentuk vegetasi yang ada dapat
menciptakan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar, iklim yang diciptakan
vegetasi ini disebut iklim mikro.
8. Stabilisasi: Macam-macam
interaksi baik antara individu, populasi vegetasi maupun antara vegetasi dan
habitatnya membawa perubahan-perubahan yang gradual baik pada habitat maupun
struktur vegetasi.
Dalam waktu yang lama, beberapa spesies vegetasi akan
mendominasi dan akhirnya mengadakan penggantian di habitatnya itu.
9. Klimaks: Klimaks merupakan tahap
akhir perkembangan setelah stabilisasi. Secara pasti klimaks yang sebenarnya
sukar dinyatakan karena komunitas dan lingkungan akan dapat saling berubah
sesuai dengan sifat yang dinamik.
Klasifikasi
Komunitas
Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara
menurut kepentingan dan tujuannya. Pada umumnya dan yang banyak disukai ialah
klasifikasi berdasarkan:
a.
Fisiognomi
b.
Habitat
c.
Komposisi dan dominasi spesies
a. Fisiognomi: Menunjukkan kenampakan umum
komunitas tumbuhan. Komunitas tum-buhan yang besar dan menempati suatu habitat
yang luas diklasifikasikan kedalam komponen komunitas sebagai dasar
fisiognominya.
Komponen kmunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini ialah
yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh: Komunitas hutan, padang
rumput, stepa, tundra dan sebagainya.
b. Habitat: Karena komunitas
sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini digunakan menjadi
dasar pembagian komunitas.
Pada umumnya dikaitkan dengan kandungan air tanah pada
habitat yang bersangkutan. Pembagian itu antara lain:
1. Komunitas lahan basah
2. Komunitas lahan agak basah
3. Komunitas lahan mesofit
4. Komunitas lahan agak kering
5. Komunitas lahan kering
c. Komposisi dan dominasi spesies:
Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih
kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini
memerlukan pengetahuan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya,
dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas
diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi
tinggi misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi,
Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika komunitas alam dan ia
mengembangkan klasifikasi floristik yang menekankan pada suksesi, dominasi,
konstansi diagnose spesies. Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa kedalam
unit klas-klas berikut dalam urutan yang turun.
1.
Formasi
Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi
tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan
oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan
dengan pohon-pohon. Formasi tumbuhan merupakan hasil makroklimat dan ini
dikendalikan dan ditentukan batasnya oleh iklim saja. Dengan lain perkataan
formasi tumbuhan terjadi dalam suatu kesatuan iklim dan alam.
Whittaker berpendapat bahwa formasi tumbuhan tidak tegas dan
nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan
pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan
dengan lingkungan.
2.
Assosiasi
Setiap formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil
yang dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies
yang dominan dan khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi
ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya
dan komposisi floristik umumnya (Weaver dan Clements, 1938). Sekarang konsep
assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang
populer.
Vegetasi itu terus menerus (kontinyu) walaupun berbeda dari
tempat yang satu ke tempat yang lain ia tidak dapat dikategorikan kedalam
unit-unit yang memilih tempat. Dalam tingkat penggantian (proses penggantian),
Whittaker (1951, 1956) mengatakan bahwa assosiasi bukan komunitas alam yang
nyata (konkrit).
L.E. Braun juga mengeritik konsep assosiasi dalam simposium
yang diadakan oleh perhimpunan ekologi Amerika bulan Agustus 1956 yang tujuan
utama ialah:
a. Bahwa komuntas tidak mempunyai
batas yang tegas tetapi tumpang tindih antara satu dengan yang lain.
b. Bahwa spesies yang nampak
mencirikan komunitas dapat meluas ke komunitas lain walaupun mungkin dalam
proporsi yang berbeda.
c. Bahwa dua komunitas tidak pasti
sama/sejenis.
d. Bahwa vegetasi itu kontinyu
walaupun berbeda dari tempat yang satu ke yang lain.
3.
Fasiasi (Faciation)
Setiap assosiasi pada dasarnya meliputi beberapa spesies dominan yang berisikan
2 atau lebih sub unit. Setiap fasiasi dapat dihuni oleh dua atau lebih dominan,
tetapi jumlah total dominan dalam fasiasi akan kurang (lebih kecil) daripada
assosiasi. Variasi secara lokal dalam assosiasi disebut losiasi (lociation).
4.
Konsosiasi (Consociation)
Jika hanya terdapat satu dominan dalam klimaks. Konsosiasi merupakan unit
komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk
pertumbuhan yang mencirikan formasi. Unit vegetasi seperti itu terutama
modifikasinya oleh kondisi edhapik, misalnya konsosiasi Oak-Beech.
5.
Sosiasi (Societeies)
Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas
kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas.
Ini didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan
konsosiasi. Unit yang lebih kecil disebut sosiasi. Dominasi sosiasi merupakan
sub dominan yang lebih ekonomis. Dengan demikian sosiasi merupakan dominan
dalam dominan yang spesies dominan itu merupakan sub ordinat. Jika kita
menganggap konsosiasi sebagai satu kesatuan.
6.
Clans (klans)
Dalam setiap sosiasi dapat ditemukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil,
ini yang disebut klans. Setiap klans merupakan agregasi kecil satu individu
tetapi sangat lokal dan spesies dominan yang tertutup.
Struktur
Komunitas Vegetasi
Studi mengenai struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan
dapat juga disebut Fitososiologi.
Analisisnya disebut analisis vegetasi, yang terdiri atas
analisis kualitatif dan kuantitatif.
A.
Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
Struktur kualitatif dan komposisi komunitas dapat dinyatakan berdasarkan
observasi (pengamatan) visual tanpa sampling khusus atau pengukuran dalam
perhitungan (menyatakan) karakteristik florestik secara kualitatif (isi
spesies) stratifikasi, aspek sosiabilitasnya, asosiasi antar spesies, bentuk
pertumbuhan dan spektrum biologi dipelajari di lapang.
1.
Komposisi floristik/anggota spesies komunitas.
Studi ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat
dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian diidentifikasi dengan waktu
sepanjang tahun.
2.
Stratifikasi
Jumlah strata pelapisan dalam komunitas dapat dinyatakan dengan observasi, jika
secara periodik mengamati tumbuhan untuk sepanjang tahun, penggantian dalam
kenampakan vegetasi akan terlihat dengan penggantian dalam cuaca. Dengan ini
maka hubungan spesies dalam beberapa cuaca pada satu tahun dicatat.
3.
Bentuk pertumbuhan
Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas
dikelompokkan kedalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Pembagian klasnya
seperti yang telah dibicarakan pada bab yang lalu. Berdasarkan nilai persentase
perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas
dapat diketahui.
4.
Sosiabilitas
Dalam komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar.
Individu beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa
yang lain terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.
Beberapa
individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung
mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk populasi yang
besar. Berdasarkan itu maka dapat dikelompokkan dalam klas-klas.
Klas 1. Pohon tumbuh individual (singly)
Klas 2. Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
Klas 3. Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
Klas 4. Menutup tanah lebih luas lagi
Klas 5. Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
Derajad sosiabilitas yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu
mempunyai produktivitas biji tinggi, daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya
adaptasi yang besar.
5.
Assosiasi antar spesifik
Jika vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu
sama lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe assosiasi-assosiasi antar
spesies ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan:
a. Spesies-spesies dapat hidup
dalamlingkungan yang sama
b. Spesies-spesies mungkin mempunyai
distribusi geografi yang sama
c. Spesies-spesies mempunyai bentuk
pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
d. Tumbuhan atau spesies yang lain
saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini
mudah dilihat di lapang.
B.
Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan
Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
1.
Metode kuadrat (Quadrat methode)
2.
Metode transek (Transeck methode)
3.
Metode loop (Loop methode)
4.
Metode titik (Point less/point methode)
1.
Metode kuadrat
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan
berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode
kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar
petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode
ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari
masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang
ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area
kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup
vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi
di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area
dari beberapa jenis tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan
mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran
letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna
dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak
tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf
dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis
mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
Luas
Minimum Petak Sampel
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting.
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan
demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut.