Selasa, 01 Mei 2012

USAHA PEMBIBITAN TANAMAN BUAH


re-post by : Herry A Situmorang

USAHA PEMBIBITAN TANAMAN


1. Pendahuluan

Usaha pembibitan tanaman buah-buahan, seperti mangga,  adalah usaha memperbanyak tanaman buah-buahan dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) dan kultur jaringan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain sifat tanaman yang sesuai dengan sifat tanaman induknya, mempercepat tanaman berbuah atau memperpendek masa juvenil(masa tanaman belum menghasilkan).
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia, sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga, rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat memenuhi konsumsi buah dalam negeri.



Untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri, pemerintah berusaha meningkatkan produksi buah-buahan dengan cara mengembangkan agribisnis buah-buahan. Namun peningkatan produksi saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu buah-buahan.
Dalam agribisnis, mutu buah-buahan sangatlah penting dan menentukan keberhasilan usaha. Masalah mutu yang dihadapi diantaranya penampilan buah yang kotor, memar-memar, tidak higiene, warna yang tidak merata dan citarasa buah yang tidak sama antar buah yang diperdagangkan. Masalah rendahnya mutu buah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bibit berlabel. Bibit berlabel adalah bibit yang telah mendapat sertifikat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi atau Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan telah teruji kebenarannya.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah merupakan usaha untuk memenuhi permintaan pekebun terhadap bibit terutama bibit berlabel. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah mulai marak sejak tahun 1979 dan menjadi sentra produksi bibit bagi masyarakat. Misalnya, tanaman buah-buahan yang dibibitkan di daerah Buleleng Bali yakni mangga, rambutan dan durian. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan ini telah menjadi kebanggaan wilayah Buleleng dan menjadi salah satu ikon dagang bagi kabupaten ini.




Dalam rangka menunjang pengembangan usaha pembibitan tanaman buahbuahan perlu dilakukan studi kelayakan usaha yang dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan serta bahan pertimbangan bank dalam membiayai pengembangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Buku ini akan menyajikan informasi yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan sosial-ekonomi yang terkait dengan pengembangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan.


2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

a. Profil Usaha

Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di berbagai daerah telah berkembang sejak tahun 1979 dan merupakan usaha milik perorangan serta dikelola secara sederhana. Pembibitan tanaman buah-buahan di wilayah ini umumnya telah mendapatkan pembinaan dari Dinas Pertanian setempat sehingga penangkar bibit memperoleh sertifikat sebagai Pengedar Benih dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
Berdasarkan hasil kajian lapangan, luas lahan pembibitan tanaman buah-buahan yang dimiliki penangkar di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan berkisar antara 0,4 ha hingga 3 ha. Produksi bibit yang dihasilkan dapat mencapai 257.000 bibit untuk luas lahan pembibitan 3 ha. Selain lahan pembibitan penangkar juga memiliki kebun buah untuk pohon induk penghasil mata tempel. Jumlah pohon induk penghasil mata tempel yang dimiliki penangkar berbeda-beda. Penangkar bibit di wilayah Kecamatan Kabutambahan ada yang memiliki 40 pohon induk mangga Arumanis dan 10 pohon induk mangga Lalijiwa. Sedangkan jumlah pohon induk yang dimiliki salah satu penangkar di Kecamatan Sawan yaitu 20 pohon durian Kani, 3 pohon mangga Arumanis, 4 pohon mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5 pohon untuk Binjai, Rapiah dan Lebak Bulus.




Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng dipengaruhi oleh ketersediaan air sepanjang tahun, ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel untuk batang atas dan ketersediaan biji untuk batang bawah. Irigasi di wilayah ini menggunakan sistem subak sehingga memungkinkan air tersedia sepanjang tahun. Pada wilayah ini pohon induk penghasil mata tempel yang tersedia adalah durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Oleh karena itu jenis tanaman buah yang dapat ditangkarkan di wilayah ini adalah Mangga (Mangifera indica) yang terdiri dari dua kultivar Arumanis dan Lalijiwa, Durian (Durio zibethinus) kultivar Kani dan Rambutan (Nephelium lappaceum) kultivar Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng terkenal karena bibit yang dihasilkan adalah bibit berlabel. Data pada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menyebutkan pada tahun 2005, jumlah penangkar bibit yang memperoleh sertifikat sebagai Pengedar Benih berjumlah 19 penangkar terdiri dari 15 penangkar di Kecamatan Sawan dan 4 penangkar di Kecamatan Kabutambahan. Sedangkan penangkar bibit yang tidak bersertifikat sebagai Pengedar Benih diperkirakan berjumlah lebih kurang 15 penangkar.


Pemangkasan1.jpg Pangkas 2 image by GGK_VAT69


Perkembangan luas areal tanam dan produksi bibit berlabel dari tahun 2000–2005 di Kecamatan Sawan cukup baik. Luas areal tanam usaha pembibitan tanaman buah-buahan dari tahun 2000 hingga tahun 2005 cenderung terus meningkat. Pada tahun 2000 luas areal tanam sekitar 5,65 ha dan pada tahun 2005 luas areal tanam meningkat menjadi 22,87 ha. Peningkatan luas areal tanam ini ternyata tidak diikuti oleh peningkatan produksi bibit berlabel. Pada tahun 2000, produksi bibit berlabel mencapai 431.776 bibit dan cenderung terus berkurang pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005, produksi bibit berlabel hanya mencapai 281.288 bibit.
Penurunan produksi ini mungkin dikarenakan mahalnya biaya sertifikasi bibit yaitu Rp 165 per bibit, sehingga bibit yang diproduksi tidak semuanya berlabel. Biaya sertifikasi bibit terdiri dari biaya pemeriksaan lapang untuk pemeriksaan batang bawah Rp 5 per bibit, untuk bibit yang dinyatakan lulus dan telah diokulasi, dikenakan biaya tambahan Rp 45 per bibit dan biaya untuk pembelian label yang terbuat dari plastik sebesar Rp 115 per bibit.
Selain karena biaya sertifikasi yang mahal, faktor lain yang menyebabkan penurunan produksi bibit berlabel adalah ketersediaan mata tempel dan biji batang bawah yang bersertifkat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi tidak mencukupi kebutuhan penangkar pada saat musim tanam. Akibatnya penangkar menggunakan batang bawah dan batang atas yang tidak bersertifikat.
Untuk menghasikan bibit berlabel, maka diperlukan mata tempel yang telah lulus sertifikasi dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan berasal dari pohon induk yang telahdiobservasi dan telah dilepas varietasnya oleh Menteri Pertanian. Biji atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus berasal dari pohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan dinyatakan layak sebagai pohon induk/penghasil benihsumber. Namun, jumlah mata tempel dan biji untuk batang bawah bersertifikat yang tersedia sangat terbatas, sehingga penangkar menggunakan mata tempel dan biji untuk batang bawah yang tidak bersertifikat. Akibatnya bibit yang dihasilkan pun tidak berlabel.


b. Pola Pembiayaan

Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng pernah mendapatkan kredit sejak tahun 1985 yaitu dari Bank Perniagan Umum Singaraja dengan kredit Rp 500.000 dan tahun 1986 dari BPD Bali dengan plafond kredit Rp 3.000.000 tingkat suku bunga kredit 1% per bulan dan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun. Setelah itu, sejak tahun 1995 pemberian kredit dilakukan oleh BNI Cabang Singaraja. Jenis kredit yang disalurkan bank BNI adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dengan total jumlah plafond kredit yang telah disalurkan kepada tiga debitur perorangan di dua kecamatan adalah Rp 170.000.000 terdiri dari Rp 100.000.000 Rp 50.000.000 dan Rp 20.000.000 dengan bunga pinjaman menurun sebesar 15,75% dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan review setiap tahun serta tidak diberlakukan masa grace period untuk usaha ini. Layanan Kredit Modal Kerja (KMK) diberikan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan, baik perusahaan perorangan maupun yang berbadan hukum.
Pengajuan kredit ini untuk pembelian bahan baku, pembayaran tenaga kerja dan sarana produksi. Manfaat KMK untuk membantu meningkatkan atau memperlancar pembeliaan bahan baku, biaya produksi dan biaya pemasaran. Adapun persayaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit ini adalah :
  Maksimum kredit disesuaikan dengan kebutuhan modal kerja dan kemampuan membayar kembali usaha yang bersangkutan.
  Memiliki izin usaha dan izin lainnya.
  Jangka waktu paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
  Jaminan adalah barang-barang yang dibiayai dan jaminan tambahan lainnya.

Prosedur dalam mendapatkan kredit meliputi permohonan kredit oleh debitur yang dilanjutkan dengan peninjauan dan analisa oleh pihak bank dan jika memenuhi persyaratan maka kredit dapat segera dikucurkan. Persyaratan-persyaratan yang diajukan diantaranya adanya jaminan dari debitur, adanya perijinan dalam mendirikan usaha seperti SIUP, TDP dan NPWP. Pada saat awal pengajuan kredit calon debitur harus menanggung biaya administrasi seperti provisi, notaris, pengikatan jaminan, biaya aministrasi dan asuransi risiko.
Proses penyaluran kredit setelah persyaratan kredit terpenuhi oleh debitur hingga pencairan kredit sekitar dua minggu. Pencairan kredit dilakukan sekaligus dan sistem pencairan melalui rekening koran. Hal ini dikarenakan bank tidak memperkenankan debitur mengajukan pinjaman di tempat lain dan dimaksudkan agar debitur menjalankan aktivitas keuangannya lewat bank yang bersangkutan. Selain memberikan kredit, bank juga memberikan bantuan berupa teknis administrasi kredit dan monitoring usaha.


3. Aspek Pemasaran

a. Permintaan & Penawaran

Permintaan
Berdasarkan hasil survei pada usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng, dapat diketahui bahwa 90% bibit tanaman buah dipasarkan di luar Propinsi Bali dan hanya 10 % yang dipasarkan di dalam provinsi, sedangkan untuk ekspor tidak ada. Permasaran bibit di luar provinsi sebagian besar berada di Kawasan Indonesia Tengah seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT, sedangkan bibit yang dipasarkan di pulau Jawa hanya sebagian kecil saja.
Permintaan bibit tanaman buah-buahan dapat didekati dengan dengan luas areal tanam kebun buah di Indonesia. Luas areal tanam di Indonesia untuk durian, pada tahun 2000 sebesar 23.021 ha meningkat menjadi 57.301 ha pada tahun 2005. Demikian juga untuk mangga dan rambutan, pada tahun 2000 luas areal tanam sebesar 44.185 ha dan 48.158 ha meningkat menjadi 182.728 ha dan 119.441 ha pada tahun 2005. Dengan asumsi bahwa semakin luas areal tanam durian, mangga dan rambutan maka semakin banyak permintaan terhadap bibit terutama bibit berlabel. Oleh karena itu prospek pengembangan usaha pembibitan tanaman buahbuahan masih cukup menjanjikan.

Penawaran

Penawaran bibit tananam buah dapat didekati dengan jumlah produksi bibit. Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng pada tahun 2005 penawaran bibit tanaman buah berlabel di wilayah ini berjumlah 281.288 bibit terdiri dari durian 105.879 bibit, rambutan 141.282 bibit dan mangga 34.127 bibit. Dengan asumsi bahwa 1 ha kebun mangga membutuhkan 300 bibit, 1 ha kebun durian membutuhkan 100 bibit dan 1 ha kebun rambutan membutuhkan 300-500 bibit maka, jumlah bibit tanaman buah berlabel buah di wilayah ini masih kurang untuk mencukupi luas areal kebun buah di Indonesia.

b. Pasar dan Harga

Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan pasar bibit tanaman buah di Kabupaten Buleleng belum terasa menyulitkan para penangkar bibit saat ini. Penangkar bibit bersertifikat umumnya tidak takut kehilangan pelanggan karena bibit yang dijual adalah bibit berlabel dan terjamin kualitasnya. Jumlah penangkar bibit bersertifikat di wilayah Buleleng cukup banyak namun persaingan tidak terlihat. Hal ini disebabkan adanya sistem kekeluargaan yang terjalin erat antar sesama penangkar. Sebagai contoh apabila terdapat permintaan dalam jumlah besar dan tidak dapat dipenuhi oleh penangkar maka penangkar tersebut akan meminta suplai dari penangkar lain. Menurut para penangkar, bibit tanaman buah di wilayah Buleleng masih diminati oleh konsumen. Bibit yang diproduksi penangkar umumnya terjual 70-100% dari total produksi bibit dan apabila terdapat bibit yang tidak terjual pada tahun tersebut, bibit masih dapat dipasarkan pada tahun berikutnya.
Permintaan buah pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 14 juta ton dan pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 20 juta ton. Jumlah ini harus dipenuhi oleh produksi buah dalam negeri. Sebagai gambaran, menurut BPS produksi buah Indonesia pada tahun 2001 mencapai 9,96 juta ton, apabila kerusakan pasca panen hanya 20 % (perkiraan yang sangat optimis) dan ekspor buah 80 ribu ton maka buah yang mencapai meja makan adalah 7,17 juta ton, ditambah buah impor sebanyak 233 ribu ton. Jadi buah yang tersedia mencapai 7,40 juta ton masih jauh dari total konsumsi buah nasional. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan penambahan luas areal tanam dan peningkatan mutu buah dengan cara penggunaan bibit berlabel. Namun jumlah penangkar bibit yang bersertifikat belum banyak, sebagai gambaran dapat dilihat pada lampiran 16, mengenai jumlah penangkar bibit yang mendapatkan pembinaan dari Dinas Pertanian. Oleh karena itu peluang pasar untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan saat ini cukup terbuka lebar.


Harga

Harga bibit tanaman buah-buahan ditentukan oleh tinggi tanaman dan sistem penjualan, eceran atau borongan. Semakin tinggi tanaman maka semakin mahal harga jualnya. Sebagai contoh harga jual bibit mangga Arumanis ukuran 30-40 cm adalah Rp 2500 sedang untuk bibit ukuran 60-70 cm harganya dapat mencapai Rp 7500. Apabila sistem penjualan bibit tanaman buah-buahan secara eceran maka harga bibit dapat meningkat sampai tiga kali lipat dibandingkan borongan/partai besar. Konsumen yang membeli eceran adalah konsumen perorangan dan konsumen yang membeli borongan/partai besar adalah pedagang (pengecer, perantara).
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2005 harga jual bibit secara borongan diambil secara rata-rata, untuk durian Kani ukuran 30-40 cm dijual Rp 4000 per bibit, mangga Arumanis ukuran 30-40 cm dijual Rp 2500 per bibit dan mangga Lalijiwa ukuran 30-40 cm dijual Rp 3500 per bibit sedangkan rambutan baik itu Binjai, Rapiah maupun Lebak Bulus ukuran 30- 40 cm dijual Rp 2000 per bibit.
Harga jual bibit tanaman buah-buahan cukup berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga ditentukan oleh banyaknya permintaan. Pada saat permintaan bibit tinggi maka penangkar menaikkan harganya sedangkan jika permintaan berkurang maka penangkar menurunkan harga. Pada tahun 2000 harga durian Kani dapat mencapai Rp 5000,- per bibit namun pada tahun 2001 harga jualnya langsung jatuh hingga Rp 2500,- per bibit. Hal ini dikarenakan sedikitnya permintaan dan melimpahnya produksi bibit durian Kani.

c. Pemasaran

Jalur Pemasaran Produk
Pemasaran bibit tanaman tidak menemukan kendala. Penangkar umumnya tidak melakukan promosi. Hal ini dikarenakan pembeli biasanya datang sendiri ke penangkar atau meminta bantuan kepada Dinas Pertanian untuk mencarikan penangkar bibit tanaman buah.
Pemasaran bibit tanaman buah dilakukan melalui dua cara, yaitu penjualan secara langsung ke konsumen (perorangan) dan penjualan melalui pedagang (perantara, pengecer) kemudian ke konsumen (lembaga, perusahaan, kelompok atau perorangan). Penjualan sebagian besar melalui pedagang (perantara, pengecer) dan hanya sebagian kecil saja yang dijual secara langsung ke konsumen. Penjualan secara langsung ke konsumen dilakukan penangkar dari showroom yang umumnya berada di pinggir jalan. Bibit yang dijual umumnya melewati karantina dari BPSB terlebih dahulu agar bibit tersebut memperoleh label dan terjamin mutunya.



Gambar 3.1. Jalur pemasaran bibit tanaman buah-buahan


(a) Transportasi pemasaran dalam Bali          (b) Transportasi pemasaran di luar Bali

Foto 3.1. Sistem transportasi pemasaran bibit di dalam Bali hanya menggunakan kendaraan pick up karena kecilnya pesanan (a), sedangkan gambar (b) pemasaran bibit di luar pulau yang menggunakan truk.

Sistem pembayaran dilakukan secara kontan atau cicilan tergantung dari kesepakatan. Namun umumnya penangkar menggunakan sistem pembayaran kontan. Hal ini dikarenakan pengalaman buruk yang menimpa penangkar. Untuk pembayaran cicilan, penangkar mensyaratkan kepada calon pembeli untuk memberikan uang muka 50 % dari total penjualan bibit dan sisanya harus dibayar lunas saat barang tiba di calon pembeli.


Kendala Pemasaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar bibit, masalah yang dihadapi adalah ketergantungan pemasaran bibit terhadap order/pesanan.  Seperti telah disebutkan di atas bahwa sebagian besar pemasaran bibit melalui pedagang pengecer/pedagang perantara dan hal ini menimbulkan kesulitan-kesulitan lain. Kesulitan tersebut antara lain harga jual bibit yang tidak ditentukan oleh penangkar tetapi oleh pedagang. Selain itu informasi permintaan yang diterima tidak langsung ke penangkar tetapi melewati pedagang pengecer/pedagang perantara terlebih dahulu.
Hal-hal tersebut seringkali menjadi kendala bagi sebagian penangkar mengenai kelanjutan usaha di masa-masa yang akan datang apabila terjadi penurunan jumlah pesanan. Seperti diketahui bahwa bibit tanaman buah yang dijual secara langsung kepada pembeli di showroom hanya berkisar 10%. Untuk mengatasi masalah tersebut, pembentukan asosiasi penangkar bibit perlu dilakukan, meskipun terdapat sistem kekeluargaan antar penangkar namun keterikatan tersebut tidak tertulis dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Asosiasi berfungsi menyediakan informasi mengenai permintaan bibit dan perkembangan harga bibit buah-buahan, mengadakan promosi untuk memperkenalkan penangkar bibit kepada pembeli melalui pameran, bazar atau media lainnya.

4. Aspek Produksi

a. Lokasi & Fasilitas

Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan air sepanjang tahun dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Ketersediaan air mutlak diperlukan untuk pembibitan karena bibit tanaman sangat memerlukan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Penangkar bibit umumnya mempunyai sendiri pohon induk penghasil mata tempel sedang biji batang bawah diperoleh dari pedagang biji atau penangkar membeli dari petani buah di sekitar lokasi usaha pembibitan.


Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas produksi usaha pembibitan tamanan buah-buahan yaitu lahan pembibitan, biasanya berada pada lahan terbuka seperti di sawah dan showroom yang terletak di tepi jalan raya, terpisah dari lokasi pembibitan. Fasilitas produksi lainnya yakni kebun buah yang berfungsi sebagai pohon induk penghasil mata tempel dan juga dapat berfungsi sebagai sumber mata pencaharian tambahan. Pohon induk tersebut adalah pohon induk (tanaman mangga) yang telah diobservasi dan varietasnya telah dilepas oleh Menteri Pertanian serta layak sebagai penghasil mata tempel. Kelayakan pohon induk penghasil mata tempel meliputi keadaan pohon induk dan perkiraan jumlah mata tempel. Pohon tersebut merupakan pohon induk utama yang akan diperbanyak secara vegetatif dan sumber penghasil mata tempel atau bahan sambung.



Foto 4.1. Pohon induk tunggal yang digunakan penangkar sebagai sumber mata tempel  (a) Pohon induk durian Kani (b) Pohon induk rambutan Lebak Bulus.


Pohon induk yang dimiliki penangkar berjumlah banyak, sebagai contoh jumlah pohoh induk yang dimiliki salah satu penangkar di Kecamatan Sawan terdiri dari 20 pohon durian Kani, 3 pohon mangga Arumanis, 4 pohon mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5 pohon untuk Binjai, Rapiah dan Lebak Bulus.
Ada pula penangkar yang memiliki 50 pohon induk mangga terdiri dari 40 pohon mangga Arumanis dan 10 pohon mangga Lalijiwa. Mata tempel yang diproduksi tergantung dari umur pohon, besarnya kanopi/luas tajuk tanaman dan kesuburan tanah. Untuk pohon yang berumur 5-6 tahun dan luas kanopi/tajuk 2-3 m dapat menghasilkan lebih kurang 3000 mata tempel.




Peralatan yang digunakan untuk pembibitan tanaman buah-buahan adalah peralatan standar yang digunakan untuk berkebun. Adapun peralatan yang digunakan oleh penangkar bibit mencakup peralatan berkebun dan okulasi (cangkul, gunting, pisau, hand sprayer) dan peralatan panen yakni pendongker dan karung atau keranjang.



Foto 4.2. Peralatan untuk okulasi dan pendongker: (a) Gunting (atas) dan pisau okulasi (bawah) peralatan penting untuk okulasi, (b) Pendongker, alat yang digunakan untuk mengambil bibit pada saat panen


b. Bahan Baku & Tenaga Kerja

Bahan Baku

Bahan baku dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah mata tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Mata tempel untuk batang atas harus lulus sertifikasi dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan berasal dari pohon induk yang telah diobservasi dan telah dilepas varietasnya oleh Menteri Pertanian (Foto 4.1).
Biji atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus berasal dari pohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan dinyatakan layak sebagai pohon induk/penghasil benih sumber. Pohon induk tersebut harus jelas varietasnya, telah direkomendasikan sebagai penghasil batang bawah dan telah terdaftar di Instansi Penyelenggara Sertifikasi, diketahui lokasinya, mempunyai batas-batas/daerah yang jelas dan diberi identitas. Akan lebih baik lagi apabila pohon induk tersebut terisolasi dari pohon lainnya yang sejenis. Pohon induk tersebut dapat berasal dari biji (hasil perbanyakan generatif) atau dari hasil perbanyakan vegetatif.
Biji yang digunakan untuk batang bawah adalah biji mangga Sanih, rambutan Si Nyonya dan durian Kerikil. Syarat biji yang dipakai adalah perakaran yang kuat dan menyebar merata, kompatibel dengan batang atas, tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, mempunyai daya adaptasi yang luas, tidak berpengaruh buruk terhadap kuantitas dan kualitas buah.
Kebutuhan mata tempel dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat berasal dari kebun buah milik penangkar, namun seiring dengan berjalannya waktu jumlah mata tempel yang tersedia semakin menipis sehingga penangkar membeli dari luar kebunnya. Sedangkan kebutuhan biji untuk batang bawah penangkar umumnya membeli biji dari pedagang biji atau penangkar membeli langsung ke petani buah.
Sarana produksi yang digunakan adalah plastik, keranjang/ polybag/karung, pestisida, pupuk urea dan pupuk kandang. Penangkar umumnya tidak memperoleh kesulitan dalam memperoleh sarana produksi, karena ketersediaan sarana produksi di wilayah ini melimpah


Tenaga kerja

Tenaga kerja yang bekerja pada usaha pembibitan tanaman buah-buahan umumnya dapat digolongkan menjadi tenaga kerja tetap yang merupakan anggota keluarga dengan jumlah tenaga kerja sekitar 8 orang dan tenaga kerja tidak tetap yakni masyarakat sekitar dengan jumlah tenaga kerja berkisar antara 15-20 orang.
Tenaga kerja tetap/keluarga biasanya melibatkan kedua orang tua dan anakanaknya yang telah dewasa. Selain tenaga kerja keluarga juga digunakan tenaga kerja tidak tetap/borongan yang berasal dari luar keluarga. Tenaga kerja keluarga digunakan untuk kegiatan pemasaran seperti menjaga showroom dan kegiatan pengolahan tanah, pembuatan bedengan/guludan, penanaman biji/penyemaian dan pemeliharaan tanaman, sedangkan tenaga kerja borongan biasanya untuk kegiatan okulasi, pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom

c. Teknologi

Pembibitan tanaman buah-buahan umumnya dilakukan selama setahun (satu musim tanam). Budidaya pembibitan tanaman buah-buahan dapat dibagi dua teknik yaitu pembibitan di polybag dan pembibitan secara konvensional yakni pembibitan di lahan. Tahap pembibitan di polybag adalah sebagai berikut :

1. Persiapan media tanam : media tanam yang digunakan sangat beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penangkar bibit di daerah Bogor, media tanam yang digunakan adalah campuran serbuk kayu atau kompos, pupuk kandang dan guano, dengan perbandingan 1:1:1 satuan volume. Media tanam tersebut dicampur merata dan dimasukkan ke dalam polybag bervolume sekitar 40 liter. Polybag diletakkan di bawah naungan seperti di bawah paranet atau di bawah pohon besar.
2.   Persiapan bibit batang bawah : biji untuk batang bawah disemaikan dulu di bedengan, sesudah biji berkecambah, tiap-tiap bibit ditanam di polybag yang telah tersedia, satu bibit satu polybag.
3.   Okulasi : sesudah bibit batang bawah berumur 4–6 bulan dapat dilakukan okulasi. Setelah 4–6 bulan berikutnya atau sesudah daun tanaman okulasi tua (warna daun hijau tua) bibit sudah dapat dijual.

Teknik pembibitan di polybag memiliki keuntungan yaitu waktu okulasi tidak mengenal musim, lebih mudah dilakukan, efektif dan cepat menghasilkan bibit jual. Kendalanya, teknik pembibitan ini membutuhkan biaya yang lebih banyak.
Teknik pembibitan yang lain adalah teknik pembibitan secara konvensional yakni pembibitan di lahan terbuka seperti sawah. Teknik ini banyak dilakukan oleh penangkar di daerah Buleleng. Keuntungan teknik ini adalah biaya yang diperlukan lebih murah, sedang kendalanya adalah pada saat okulasi yang hanya dilakukan saat musim-musim tertentu saja.
Pembibitan tanaman buah-buahan di daerah survei (Buleleng) masih secara konvensional dan terbatas pada pembibitan durian, mangga dan rambutan. Hal ini dikarenakan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel yang terbatas pada durian Kani; mangga Arumanis dan Lalijiwa; rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah.
Teknik pembibitan ini didapatkan penangkar tidak secara turun-menurun tetapi belajar sendiri dan atau dari pembinaan/pelatihan Dinas Pertanian setempat. Pada Gambar 4.1. di bawah ini dijelaskan tentang teknik budidaya bibit tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah dengan bajak hingga panen atau transplanting bibit.
Tahapan-tahapan pembibitan tanaman buah-buahan terdiri dari pengolahan tanah, pembuatan guludan/bedengan, penyemaian biji batang bawah, pemeliharaan, okulasi, pemeliharaan dan panen. Berikut akan diuraikan tahapan-tahapan dalam teknik budidaya pembibitan buah-buahan :



Gambar 4.1. Teknik budidaya dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan



d. Penanaman

A - Diagrammatic longitudinal section through middle of 'Hass' avocado fruit indicating a single puncture point (x). B - Transverse section through a sclereid and surrounding parenchyma. C - Section through pericarp parenchyma with oil droplets. D - Transverse section near bottom of puncture wound showing meristem together with sclereids (SCL) and parenchyma (PAR). E - Longitudinal section through puncture wound showing meristem and sclereids near bottom of wound.




Pengolahan tanah dengan bajak

Tanah yang digunakan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan pada wilayah ini merupakan bekas pertanaman padi, sehingga tanah harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada bulan Desember/Januari. Sebelum pengolahan tanah, lahan diairi terlebih dahulu agar mudah dibajak. Kemudian tanah dibajak dengan menggunakan sapi/kerbau. Pada jenis tanah ringan, pembajakan dilakukan satu kali saja, sedangkan pada tanah berat, pembajakan dilakukan dua kali dengan jangka waktu satu minggu. Setelah dibajak, tanah didiamkan selama seminggu agar air berkurang.

Pembuatan bedengan atau guludan
Dalam membuat bedengan tanah dicangkul terlebih dahulu sedalam 20-30 cm. Hal ini dimaksudkan agar tanah menjadi gembur dan rata. Bedengan yang dibuat berukuran lebar 40-50 cm dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 30-40 cm. Panjang bedengan tergantung dari luas areal kebun.
Bedengan dibuat memanjang dari timur ke barat agar mendapat banyak sinar matahari. Diantara bedengan perlu dibuat parit sebagai saluran air. Lebar parit sekitar 15-20 cm, dengan kedalaman 10-20 cm. Selanjutnya di atas bedengan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk kandang yang diberikan sebaiknya sudah dingin atau sudah dibiarkan beberapa minggu. Pemupukan sebaiknya dilakukan satu minggu sebelum tanam



Gambar 4.2. Bedengan untuk pembibitan tanaman buah-buahan


Penanaman biji untuk batang bawah

Sebelum penanaman biji dibuat terlebih dahulu lubang tanam dengan tugal pada bedengan. Biji ditanam dalam lubang tanam dengan kedalaman ±10 cm. Setiap lubang diisi satu butir biji. Jarak tanam antar lubang sekitar 15- 20 cm, dan jarak antar barisan 15-20 cm. Setelah biji ditanam, lubang ditutup kembali dengan tanah. Satu-dua minggu kemudian biji akan tumbuh dan untuk biji yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman.

Pemeliharaan

Agar bibit okulasi nantinya bisa menjadi tanaman yang sehat, maka batang bawah sebaiknya dipelihara dengan baik. Pemeliharaan terdiri dari penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT). Penyiangan pertama dilakukan pada saat tinggi tanaman sekitar 20 cm dengan tangan atau dengan alat bantu cangkul/kored. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan nutrisi antara tanaman dan gulma.



Pemupukan dimulai saat umur tanaman 1-2 bulan setelah penanaman biji dan dilanjutkan 1-2 bulan setelah okulasi. Urea yang diperlukan sebanyak 400 kg/ha. Pada tahap awal pemupukan buatlah alur melingkari tanaman. Garis tengah alur disesuaikan dengan lebarnya tajuk bibit. Kedalaman alur dibuat 2-3 cm. Pengairan dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan. Biji yang baru ditanam membutuhkan pengairan satu kali sehari, tapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terkendali sampai tanaman siap panen atau transplanting. Jenis pestisida yang digunakan adalah acinol, colatrol dan dushband dengan jumlah total sebanyak 40 liter per ha.
Hal yang lebih penting batang bawah jangan sampai memiliki cabang di bawah ketinggian 30 cm. Cara mengatasinya dengan melakukan pemangkasan bila ada tunas yang tumbuh di bagian tersebut. Dan juga perlu dijaga agar batang tetap tegak lurus sehingga akan memudahkan pengokulasian dan akan diperoleh bentuk batang okulasi yang baik.


Okulasi

Tempel atau enten atau okulasi (bahasa Belanda) atau budding (bahasa Inggris) melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan regenerasi, yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi satu tanaman tunggal. Bagian yang memberi akar disebut batang bawah (rootstock) dapat berupa sepotong akar atau tanaman utuh, bagian yang ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs) berupa mata tempel.
Syarat batang bawah yang siap diokulasi adalah pertumbuhan batang bawah tegak dan lurus, tinggi batang 30-50 cm, jumlah ruas 8-10 ruas untuk rambutan, 2 ruas untuk mangga dan durian dan kesehatan tanaman bebas hama dan penyakit utama. Umur dari semai 6-8 bulan. Syarat mata tempel yakni asal mata tempel pohon induk yang telah ditetapkan, varietas telah dilepas, kondisi pohon induk sehat dan bebas hama dan penyakit utama, tinggi penempelan 20-30 cm dari permukaan tanah.
Secara umum okulasi terdiri dari pengirisan batang bawah, pengambilan dan penyisipan mata, pengikatan tempelan dan pemotongan batang bawah.
Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas muda dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap tanaman mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di musim kemarau atau saat musim hujan.
Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan okulasi dilakukan saat musim kemarau (Juni-Agustus). Hal ini untuk menghindari jamur/cendawan. Sebab jika okulasi dilakukan saat musim hujan maka mata tempel yang ditempel akan musnah terserang jamur/cendawan sehingga okulasi gagal. Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih mata tempel yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
Adapun urutan okulasi adalah :
1.   Pada batang bawah, dibuat sayatan melintang sepanjang 1 cm, dari ujung irisan melintang ini kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga mirip lidah.
2.   Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
3.   Mata tempel diambil dengan cara irisan segi empat. Besarnya kulit mata ini harus lebih kecil, karena jika ukuran kulit mata sama atau lebih besar maka okulasi akan gagal.
4.   Kulit mata yang telah dilepas dari kayunya, didalamnya ada kambium dan di luar ada matanya, ditempelkan pada irisan batang bawah. Setelah tempelan pas benar, kemudian diikat dengan plastik.
5.   Dalam waktu 2-3 minggu kemudian ikatan dibuka. Bila matanya masih hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal dan perlu dilakukan penyulaman.
Tingkat keberhasilan okulasi cukup rendah, sebagai contoh pada 100.000 bibit yang diokulasi hanya 60% saja yang tumbuh yaitu 60.000 bibit sehingga perlu dilakukan penyulaman okulasi sebanyak 40.000 bibit. Pada penyulaman ini hanya 50% yang tumbuh yaitu 20.000 bibit. Dengan demikian total tanaman yang berhasil hidup setelah okulasi (stump) adalah sebanyak 80.000 bibit atau 80%.



a. Kulit kayu batang bawah dikelupas b. Mengambil mata tempel c. Mata tempel yang bagus terdapat bintil di kulit kayu d. Tempelkan mata tempel di bagian batang bawah e. Ikat tempelan dengan plastik f. Tanaman yang berhasil diokulasi (stump)

Sumber foto : Rini Wudianto dan pribadi
Foto 4.3. Tahapan okulasi


Pemeliharaan

Pemeliharaan setelah okulasi sama dengan pemeliharaan sebelum okulasi, yaitu berupa penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT).



Panen / Transplanting

Panen atau transplanting dilakukan setelah stump (tanaman hasil okulasi) berumur 6-7 bulan. Panen atau transplanting dilakukan pada Desember atau Januari dan terdiri dari dua tahap yakni :

a. Pendongkeran
Pendongkeran adalah mencabut tanaman dari lapang dan dipindahkan ke karung atau keranjang (Foto 4.4.). Alat yang digunakan yaitu pendongker.

Langkah-langkah pendongkeran yaitu
Lahan yang siap dipanen diairi terlebih dahulu selama 1-2 hari. Hal ini dimaksudkan agar tanah dan tanaman mudah dicabut/diambil dan ridak hancur.
Pendongker ditusuk/dimasukkan ke dalam tanah disekeliling tanaman sedalam kurang lebih 20 cm. Baru kemudian tanaman diangkat dan dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang.



Foto 4.4. Cara pendongkeran atau pencabutan bibit


b. Pengangkutan
Setelah pendongkeran bibit dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang, kemudian karung diikat dengan tali rafia agar tanah tidak jatuh dan rusak sehingga bibit dapat mati. Setelah itu bibit diangkut ke showroom dan dibiarkan selama 3-4 minggu untuk adaptasi dan mengetahui kepastian tumbuhnya baru setelah diketahui kepastian hidup bibit dapat dipasarkan.


Foto 4.5. Bibit yang selesai ditransplanting kemudian di bawa ke showroom



kesharnursery.com/products.html
            Pemberian label
Pemberian label dilakukan oleh BPSB , dimulai mulai dari penanaman batang bawah hingga transplanting. Tanaman hasil okulasi (stump) yang siap dilabel yaitu jumlah cabang tunas mata tempel minimum satu jumlah daun pada mata tempel pasca aklimatisasi 8 helai, panjang tunas mata tempel (minimum) dan atau jumlah ruas pada tunas mata tempel yakni 30-40 cm /2 ruas, kondisi fisik bibit sehat bebas hama dan penyakit utama, umur bibit sejak penempelan (minimum) 6 bulan.


e. Proses Produksi

Jenis dan Mutu Produksi
Jumlah produksi bibit tanaman buah-buahan tergantung pada iklim dan cuaca, karena jika hujan yang terus menerus terjadi akan menyebabkan kemunduran waktu okulasi bahkan jika dipaksakan akan menyebabkan kegagalan okulasi dan penangkar mengalami kerugian. Selain itu luas lahan untuk pembibitan yang digunakan penangkar umumnya sewa jadi jika lahan pembibitan berkurang maka produksi pun menurun. Kehilangan hasil produksi berkisar 20-30 % dan okulasi merupakan tahap yang kritis.
Menurut mutu, bibit tanaman buah-buahan dapat dibedakan berdasarkan jenis dan tinggi tanaman. Harga bibit durian adalah yang paling mahal, diikuti oleh mangga dan terakhir rambutan. Tinggi bibit tanaman 30-40 cm adalah yang paling murah sedangkan tinggi bibit hingga 1 meter dapat mencapai Rp 10.000,- per bibit untuk durian Kani. Untuk mangga baik itu Arumanis maupun Lalijiwa ukuran bibit 60-70 cm harga bibit Rp 7500,- per bibit, demikian juga untuk rambutan


Produksi optimum

Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar dan Dinas Pertanian, produksi optimum pembibitan tanaman buah-buahan dengan luas satu hektar adalah 100.000 bibit. Kapasitas produksi optimum tersebut dapat dicapai jika tahapan-tahapan kritis dalam pembibitan tanaman buah-buahan dapat ditekan seminimal mungkin

Kendala Produksi

Banyak faktor yang mempengarui usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan Kabupaten Buleleng yakni ketersediaan mata tempel, ketersediaan biji atau seedling, kondisi iklim dan cuaca pada saat okulasi dan pendongkeran. Faktor-faktor tersebut adalah

1. Ketersediaan mata tempel

Ketersediaan mata tempel mempengaruhi jenis dan jumlah produksi bibit. Pohon induk penghasil mata tempel yang dapat tumbuh baik di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan adalah mangga, durian dan rambutan.

2. Ketersediaan biji atau seedling
Ketersediaan biji atau seedling mempengaruhi jenis dan jumlah produksi bibit. Jika jumlah biji yang diperlukan tidak tersedia maka penangkar membatasi produksi. Penangkar umumnya membeli biji dari pedagang biji atau penangkar membeli langsung ke petani buah.

3. Okulasi
Saat yang tepat melakukan okulasi untuk durian, rambutan dan mangga adalah saat musim kemarau karena pada waktu tersebut curah hujan berkurang. Saat ini akibat efek dari pemanasan global terjadi perubahan iklim dan cuaca akibatnya petani sulit memprediksi kapan musim kemarau akan berlangsung dan kapan musim hujan akan berlangsung

4. Pendongkeran
Pendongkeran yang tidak hati-hati akan mengakibatkan akar akan terputus sehingga bibit tanaman akan mati. Hujan yang terjadi ketika pendongkeran akan menyebabkan tanah mudah runtuh/hancur sehingga akan menyebabkan kematian bibit.


5. Aspek Keuangan

a. Asumsi

Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah pola usaha polikultur sesuai dengan pola usaha di daerah survei dengan menggunakan teknik konvensional yakni pembibitan di lahan sawah. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan harus memperhatikan ketersediaan air sepanjang tahun, pohon induk penghasil mata tempel dan biji untuk batang bawah.
Tanaman yang ditangkar yakni durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Produk dari usaha ini adalah bibit yang berlabel dengan tinggi 30-40 cm. Ukuran ini adalah ukuran untuk partai besar/borongan. Bibit yang tidak laku terjual akan ditanam kembali dan dapat dijual kembali bila sewaktu-waktu ada yang memerlukannya

Asumsi
Analisis keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk melakukan analisis keuangan tersebut digunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang aspek keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Asumsi-asumsi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1

Pemilihan periode proyek 3 tahun disebabkan oleh umur ekonomis peralatan yang digunakan rata-rata mencapai 3 tahun. Luas lahan pembibitan tanaman buah-buahan adalah 1 ha terdiri dari 0,35 ha pembibitan durian; 0,20 ha pembibitan mangga terdiri dari 2/3 mangga Arumanis dan 1/3 mangga Lalijiwa dan 0,45 ha pembibitan rambutan (untuk Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 0,15 ha).
Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam 2004). Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 (Tabel 3.3) dan diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. Mata tempel dan biji untuk batang bawah dibeli dari petani buah. Jenis kredit yang digunakan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu pengembalian kredit adalah 12 bulan (1 tahun).
Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi total kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10% setelah okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi bibit setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.

[tabulampot+mangga+drum+harga+300rb.jpg]
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total produksi bibit tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga kerja manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per bulan. Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan sekaligus bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama dengan tenaga kerja tetap.


www.productsdb.com/perusahaan.php?pid=851...
Tabel 5.1. Asumsi Analisis Keuangan








Jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan seluas 1 hektar dengan pola usaha polikultur (durian, mangga dan rambutan) mulai dari pengolahan tanah, pembuatan bedengan hingga panen berlangsung selama 14 bulan untuk satu musim tanam. Secara rinci jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.2.


Tabel 5.2. Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan



b. Biaya

Biaya Investasi dan Operasional

Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan tanaman buahbuahanterdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasiadalah biaya awal yang diperlukan sebelum kegiatan operasionaldilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saaat prosesproduksi mulai dilakukan

Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha pembibitan tanaman buahbuahan meliputi biaya perizinan, sewa lahan, bangunan dan peralatan. Biaya investasi ini bersifat tetap (fixed) dan harus dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum melakukan usaha. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah Rp 65.620.000 Secara rinci jenis investasi dan kebutuhan biaya masing-masing investasi dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Selama periode proyek, terdapat komponen investasi yang harus melakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya yakni sewa lahan sedangkan biaya perizinan dikeluarkan sekali saja pada awal usaha. Biaya perizinan meliputi Tanda Daftar Pedagang (TDP), NPWP dan SIUP.


Tabel 5.3. Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan





Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi bibit tanaman buah-buahan. Besarnya biaya operasional ini tergantung pada luas areal tanah. Semakin luas areal tanam maka biaya operasional semakin tinggi. Biaya operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variabel cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp 131.162.000 dan pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena luas areal tanam tetap, jumlah bahan baku, sarana produksi dan biaya sertifkasi bibit juga tetap. Biaya operasional usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.











Tabel 5.4. Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun



Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi, pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga diasumsikan tetap tiap tahunnya.

c. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja

Sumber dana untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan berasal dari dana sendiri dan kredit perbankan. Dana investasi seluruhnya berasal dari dana sendiri, sedangkan dana modal kerja berasal dari kredit bank dan dana sendiri dengan perbandingan 35% kredit bank dan 65% dari dana sendiri.
Untuk mendapatkan kredit, pihak bank mensyaratkan bahwa penangkar harus mempunyai dana investasi sendiri. Secara keseluruhan besarnya dana untuk investasi dan modal kerja usaha pembibitan tanaman buah-buahan mencapai Rp 196.782.000.
Dari Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan investasi dibutuhkan dana sebesar Rp 65.620.000 sedangkan untuk kebutuhan modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 131.162.000terdiri dari kredit modal kerja sebesar Rp 45.906.700 atau 35% dan dana sendiri sebesar Rp 85.255.300 atau 65%.







Tabel 5.5.  Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja



Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)


Tabel 5.6.  Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.

d. Produksi dan Pendapatan

Bibit tanaman durian, mangga dan rambutan diproduksi setahun sekali. Total kehilangan hasil pembibitan diasumsikan 30% dan sama setiap tahunnya sehingga jumlah total produksi bibit tiap tahun 70.000 bibit terdiri dari durian Kani 24.500 bibit, mangga 14.000 bibit terdiri dari Arumanis 10.500 bibit dan Lalijiwa 3.500 bibit, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 10.500 bibit terlihat pada Tabel 5.7.
Bibit yang dihasilkan berukuran 30-40 cm dan dijual secara borongan dengan harga jual bibit durian Kani Rp 4000/bibit, mangga Arumanis Rp 2500/bibit dan mangga Lalijiwa Rp 3000/bibit. Sedangkan untuk rambutan baik itu rambutan Binjai, Lebak Bulus maupun Rapiah dijual dengan harga Rp 2000/bibit. Jumlah bibit terjual diasumsikan 80% dari total produksi bibit dan bibit yang tidak terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Pada tahun ke-1, bibit yang terjual adalah 56.000 dari produksi 70.000 bibit sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 158.200.000. Pada tahun ke-2, bibit yang terjual adalah 67.200 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun pertama sehingga diperoleh pendapatan Rp 189.840.000. Pada tahun ke-3, bibit yang terjual adalah 69.440 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga diperoleh pendapatan Rp 196.168.000.






Tabel 5.7.     Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan



e. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Proyeksi laba rugi merupakan suatu gambaran potensi keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari suatu usaha atau proyek. Perhitungan proyeksi laba dan rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pembibitan tanaman buah-buahan memperoleh keuntungan  sebesar Rp 1.633.347 dengan profit on sales sebesar 1,03% dan Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah Rp 154.243.693. Potensi keuntungan tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga tahun ketiga memperoleh keuntungan bersih Rp 37.235.100 dengan profit on sales sebesar 18,98% dan BEPRp 121.317.074 (Tabel 5.8.)



Tabel 5.8. Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun



Rata-rata keuntungan bersih selama 3 tahun mencapai Rp 23.030.467 per tahun sedangkan profit on sales rata-rata mencapai 12,26% per tahun. Sementara rata-rata Break Even Point (BEP) dalam rupiah selama 3 tahun mencapai Rp 133.271.019 per tahun.


Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Proyeksi arus kas dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya ke pihak lain dan tetap mendapatkan keuntungan (proyeksi arus kas masuk dan arus kas keluar). Dalam analisis arus kas juga dilakukan perhitungan kelayakan usaha yaitu Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha pembibitan tanaman buahbuahanmerupakan usaha yang menguntungkan secara finansial karena pada tingkatsuku bunga 15,75% per tahun memiliki NPV positif yaitu sebesar Rp34.769.916, IRR yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitusebesar 41,93% dan Net B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,53.Sementara PBP adalah 2,08 tahun yang menunjukkan investasi usahaPembibitan Tanaman Buah-buahan yang besarnya mencapai Rp 65.620.000dapat tertutup kembali selama 2 tahun usaha berjalan. Dengan demikianusaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan layak dilaksanakan sampai tingkatsuku bunga 41,93%. Secara ringkas, kriteria kelayakan dan nilainyadapat dilihat pada Tabel 5.9.


Tabel 5.9.  Kelayakan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan

f. Analisis Sensivitas

Analisis sensitivitas kelayakan usahaperlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa besar (dalam persen)perubahan dari pengeluaran dan atau pendapatan, sehingga proyek initidak layak dilaksanakan. Dalam pengertian NPV negatif, Net B/C ratiolebih kecil dari satu dan IRR di bawah tingkat suku bunga. Hal inidisebabkan karena proyeksi pendapatan dan pengeluaran didasarkan padaasumsi yang memiliki ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukanpada 3 skenario atau kondisi perubahan yaitu :

1. Skenario I : Penurunan pendapatan

Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sementara biaya investasi dan operasional tetap. Penurunan pendapatan dapat terjadi karena harga jual bibit tanaman buah-buahan mengalami penurunan ataupun penurunan volume penjualan. Pada saat terjadi penurunan pendapatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif terhadap penurunan pendapatan pada kisaran 8-9%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan sabagaimana terlihat pada Tabel 5.10.


Tabel 5.10.  Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario I



Jika pendapatan turun sampai 8% maka proyek tersebut masih layakuntuk dilaksanakan karena nilai NPV masih positif, IRR lebih besar daritingkat suku bunga yang berlaku yakni 15,75% dan Net B/C di atas 1, danjangka waktu pengembalian investasi (PBP) sebesar 2,91 tahun. Tetapijika pendapatan turun sampai 9%, proyek tersebut tidak layak untukdilaksankan karena NPV negatif, IRR berada di bawah tingkat suku bungayang berlaku yakni 15,75%, Net B/C berada di bawah 1 dan jangka waktupengembalian investasi (PBP) melebihi umur proyek.

2. Skenario II : Kenaikan biaya variabel (produksi)
Pada skenario ini, biaya variabel mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi, biaya overhead dan pendapatan dianggap tetap. Kenaikan biaya variabel dapat terjadi apabila harga input meningkat seperti bahan baku bibit, sarana produksi, tenaga kerja borongan dan biaya sertifikasi bibit. Pada saat terjadi peningkatan biaya variabel usaha pembibitan tanaman buahbuahan menjadi sensitif pada kisaran 18-19%. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11.


Tabel 5.11. Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario II



Pada kenaikan biaya variabel sampai 18%mengindikasikan proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan karenanilai NPV masih positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bungayang berlaku, Net B/C Ratio berada di atas 1 dan PBP sebesar 2,94tahun. Tetapi pada kenaikan biaya variabel sampai 19% proyek ini tidaklayak dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada di bawahtingkat suku bunga yang berlaku.

3. Skenario III : Penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel (produksi)

Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sekaligus terjadi peningkatan biaya varibel pada saat yang bersamaan dengan persentase yang sama. Pada saat terjadi penurunan pendapatan dan peningkatan biaya variabel usaha pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif pada kisaran 5-6%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan dan peningkatan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.12.


Tabel 5.12. Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario III



Jika pendapatan turun dan biaya variabel naik masing-masing 5% maka proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV masih positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15,75%, Net B/C Ratio masih berada di atas 1 dan PBP selama 2,8 tahun. Tetapi jika penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel adalah 6%, proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada di bawah tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C kurang dari satu dan jangka waktu pengembalian investasi (PBP) lebih dari umur proyek. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel. Hal ini terbukti dengan penurunan pendapatan 9% proyek sudah tidak layak, sedangkan pada kenaikan biaya variabel sebesar 18% proyek masih layak dilaksanakan. Dari hasil analisis keuangan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa usaha pembibitan tanaman buah-buahan cukup menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.


6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan

a. Aspek Sosial Ekonomi
Dalam pelaksanaan studi lapangan diketahui bahwa sebagian besar penangkar bibit di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan dapat menyisihkan pendapatan dari usaha ini dalam bentuk tanah, kendaraan bermotor dan rumah. Penangkar juga mempunyai usaha lain yang mendukung usaha pembibitan yakni kebun buah. Bagi masyarakat sekitar, usaha pembibitan ini menyebabkan berkembangnya usaha-usaha baru seperti buruh angkut, pembuatan keranjang, pedagang biji-bijian, pedagang batang bawah dan pedagang mata tempel atau entres.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan mampu menyerap tenaga kerja cukup tinggi dan mengurangi pengangguran. Dari sisi pendapatan daerah usaha ini hanya memiliki kontribusi 1% meskipun demikian usaha ini mampu menjadi ikon bagi daerah Buleleng sehingga kabupaten ini terkenal sebagai pusat pembibitan tanaman buah-buahan di daerah Bali.

b. Dampak Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara sampai saat ini belum diketahui secara pasti dampak negatif yang disebabkan dari usaha ini. Menurut masyarakat sekitar usaha ini berdampak positif bagi lingkungan sekitar terutama sekitar showroom karena lingkungan menjadi asri dan indah.