re-post by : Herry A Situmorang
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET
Disampaikan
pada :
Pertemuan
Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas
Perkebunan Provinsi Sumatera Utara
Medan, 21
Nopember 2008
|
|
|
|
PENDAHULUAN
Tanaman karet (Hevea
brasilliensis ) adalah merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam yang
dihitung dari saat menanam di lapangan sampai peremajaan memakan waktu ± 25 tahun. Hal ini
berarti bahwa pemilihan bahan tanam/bibit tanaman dilakukan sekali dalam 25
tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya
kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap
perkebunan dan terhadap usaha karet alam nasional.
Bahan tanam
karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara okulasi.
Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat
menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum
menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi
pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang
diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap,
volume kayu per pohon tinggi dll.
Berkat kerja keras para pemulia tanaman karet, telah ditemukan klon-klon
berpotensi produksi tinggi seperti klon RRIC 100, IRR 39, IRR 32, PB 330, PB
260, PB 340, BPM 109, IRR 118 dll. Produktivitas klon tersebut akan terwujud
sepenuhnya di lapangan jika digunakan bahan tanam yang bermutu baik, serta
diikuti dengan penerapan kultur teknik anjuran di lapangan. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi secara komersial adalah jauh
dibawah potensi produksi klon. Produksi riel yang dicapai sekarang adalah
1.000- 1.500 kg karet kering/ha/tahun, sementara potensi klon dapat mencapai ± 2.500 kg karet kering/ha/tahun. Adanya kesenjangan tersebut diakibatkan
oleh banyak faktor dan salah satu diantaranya adalah mutu bahan tanam. Bahan
tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang telah dianjurkan, berproduksi tinggi
sesuai dengan potensinya, pertumbuhan cepat dan seragam sehingga dapat
mempersingkat masa tanaman belum menghasilkan dan produksi pada awal penyadapan
adalah tinggi.
Mengikuti
norma-norma dan urutan pekerjaan dalam setiap tahap kegiatan dalam pengadaan
bahan tanam adalah cara satu satunya untuk mendapatkan bahan tanam karet yang
bermutu baik. Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah,
pengecambahan, pembibitan batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres
sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah
ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling
mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan
dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik. Salah satu contoh yang
paling nyata ialah jika mutu batang bawah yang dipakai tidak sesuai (dalam hal
ini menyangkut mutu fisik, fisiologi dan genetik ), maka walaupun dilakukan
okulasi dengan klon anjuran, produksi karet kering yang diperoleh dapat
berkurang sebesar 15%-20% dari potensi klonnya. Banyak praktisi kurang
menyadari hal ini karena menganggap bahwa hanya dengan melakukan okulasi, sudah
dipeloleh bahan tanam bermutu baik.
Untuk
mendapatkan bahan tanam yang bermutu baik, dibawah ini akan diuraikan urutan
pekerjaan, norma-norma yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaannya serta
standar mutu benih yang dihasilkan. Jika semua standar mutu pada setiap
kegiatan telah diterapkan, dapat dipastikan bahwa masa TBM menjadi lebih
singkat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500
kg/ha/tahun. Potensi klon akan terealisasi secara komersial jika digunakan
bahan tanam bermutu baik dan dipelihara di lapangan menurut standar kultur
teknik.
PEMBIBITAN
BATANG BAWAH
Penyiapan lahan bibitan
Persiapan dan
pengolahan lahan yang baik akan mendukung dalam menghasilkan bahan tanam yang
bermutu. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar
bengkok/tidak sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :
§ Lahan rata, jika terpaksa harus
menggunakan lahan yang miring maka harus dibuat teras gulud atau rorak untuk
memperkecil erosi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan maksimum 3%.
§ Dekat sumber air
§ Jauh dari jangkauan hewan ternak
§ Dekat dengan jalan agar mudah dalam
pengangkutan
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dengan
menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan
mengunakan cangkul (untuk bibitan skala kecil).
- Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua kali bajak
dengan selang waktu tiga minggu dan dua kali garu dengan selang waktu satu
minggu pada kedalaman 40-50 cm.
- Secara manual
Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara mencangkul
dengan kedalaman olah 40 cm – 50 cm
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah lahan harus
terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit
jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam langkah selanjutnya adalah
pengajiran/pemancangan yang disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan.
Jarak tanam yang biasa digunakan adalah pola tanam segi empat jarak tanam 25 cm
x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar terdapat 100.000 tegakan
25 cm 50 cm 25
cm
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
|
0
|
0
|
Skema pola
tanam segiempat
Pengumpulan dan Seleksi Biji
Untuk
mendapatkan batang bawah yang baik, sumber biji yang digunakan juga harus baik.
Biji berasal dari kebun monoklonal yang sudah berumur 10 – 20 tahun. Biji untuk
batang bawah dianjurkan oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT
1, AVROS 2037, PB 260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya mendapat
perlakuan sebagai berikut : Satu bulan sebelum buah jatuh areal di bawah pohon
dibersihkan dan dibebaskan dengan biji-biji yang lama. Kemudian pengumpulan
biji dilakukan secara serentak setiap dua hari sekali. Biji yang sudah
terkumpul tidak semuanya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus,
untuk itu perlu dilakukan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung dari
Pusat Penelitian Karet di Sungei Putih atau dari penangkar benih resmi.
Seleksi biji
dapat dilakukan secara manual dan visual dan menggunakan alat pental biji
karet. Apabila dilakukan seleksi secara manual maka biji mempunyai ciri sebagai
berikut :
- Warna mengkilat
- Permukaanya licin
- Bentuk normal
- Daya lentingnya tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di lantai
Uji kesegaran
secara visual dapat dilakukan dengan cara membelah biji dan diamati endosperm
dan kotiledonnya.
|
|
|
|
Gambar biji
yang telah di belah
Biji yang baik
mempunyai ciri sebagai berikut :
- Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih rapat (Kelas I).
- Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas II).
- Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek, berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir).
Dalam penyimpanan biji karet kadar air awal merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi daya tumbuh biji. Sebaiknya biji yang telah jatuh lebih dari
tiga hari, dapat dilakukan perendaman satu malam sebelum disimpan untuk
meningkatkan kadar air. Penyimpanan cukup dilakukan di area yang terlindung
dari sinar matahari langsung, lama penyimpanan dapat mencapai 1 minggu dengan
daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak jauh, pengawetan biji dapat dilakukan
dengan menggunakan serbuk gergaji yang lembab. Volume serbuk gergaji yang
dipakai 1/2 dari volume biji karet.
Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam
bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab
dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses
pengecambahan. Untuk itu
perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan
berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas
10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk
gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan
ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman
biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam
media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir.
Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai maka
biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari
setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak
digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya
dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.
|
|
|
|
Gambar
bedengan persemaian
Pemindahan dan Penanaman Kecambah
Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati agar tidak merusak bakal
akar. Stadia kecambah yang telah siap dipindahkan ke lahan bibitan apabila :
- Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
- Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
- Sudah mencapai stadium jarum (umur 14-21 hari)
- Sebelum ditanam kecambah harus diseleksi yaitu bebas dari dari infeksi jamur akar putih, tidak terserang hama dan pertumbuhan normal.
Gambar
stadium kecambah
Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk
menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember yang
berisi air. Penanaman kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm
dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya
di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah).
Kemudian tanah di sekitar lubang di padatkan dengan hati-hati agar tidak
merusak akar tanaman, lalu di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus
dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau.
Pemeliharaan Tanaman di Bibitan
Pemeliharaan
bibitan terdiri dari empat kegiatan yaitu penyulaman/penyisipan, pengendalian
gulma, pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyulaman atau
penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau kerdil/tidak normal
pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat tanaman di bibitan berumur
paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan kecambah pertumbuhan stadia jarum.
Lahan bibitan
harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma
yang tumbuh dapat dilakukan dengan manual (rotasi 1x2 minggu) tergantung dari
banyak tidaknya gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada
tanaman yang masih muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada
tanaman karet.
Untuk mencegah
timbulnya hama dan penyakit yang sering merusak bibitan karet seperti Colletotrichum
dan Helmintsosporium dapat diberi obat Dithane M-45 dengan dosis 2
gram/liter/rotasi (1x2 minggu). Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar
putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP
plus dengan dosis 600 Kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di
tutup dengan tanah menggunakan cangkul. Beberapa hama yang sering menyerang
bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan tungau untuk menenggulanginya dapat
dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang yang tepat seperti Sevin 85S.
Pemberian pupuk
ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan dosis pupuk menggunakan pupuk
tunggal sebagai berikut :
Umur
bibit
(bulan)
|
Dosis(gram/pohon)
|
|||
Urea
|
SP-36
|
MoP
|
Kieserit
|
|
1
|
2
|
2.5
|
1
|
1
|
3
|
5
|
6.25
|
2
|
1
|
5
|
9
|
11.25
|
3
|
4
|
7
|
9
|
11.25
|
3
|
4
|
Sumber ; Balit
SP- Puslit Karet, 2004
Apabila
menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat digunakan sebanyak 5, 10, 15
dan 15 gram/pohon untuk tanaman yangberumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.
PEMBANGUNAN
KEBUN ENTRES
Klon Karet Unggul
Kemajuan penelitian karet selama empat siklus seleksi telah mampu
menghasilkan klon karet unggul yang dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Klon penghasil lateks : Klon yang mamiliki ciri
potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang.
2. Klon penghasil lateks-kayu : Klon yang memiliki
ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi.
3. Klon penghasil kayu : Klon yang memiliki ciri
potensi hasil lateks rendah tetapi hasil kayu sangat tinggi.
Untuk periode
tahun 2004 – 2010, telah dirumuskan klon karet anjuran untuk penanaman sebagai
berikut :
§ Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107,
BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.
§ Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB
330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR
118.
§ Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR
72, IRR 78
Persyaratan pembangunan kebun entres
a. Lokasi kebun entres
Areal yang memenuhi syarat untuk pembangunan kebun entres, sebaiknya
memiliki syarat sebagai berikut :
§ Lokasi datar dan tidak tergenang air pada
saat hujan, areal dengan kemiringan 3-5% dapat digunakan, tetapi perlu dibuat
drainase yang baik
§ Dekat dengan jalan utama agar memudahkan
pengangkutan, pengawasan dan pengiriman kayu entres
§ Lahan memiliki sifat fisik yang baik
(gembur)
b. Penanaman bibit untuk kebun entres
Bahan tanaman dapat berupa stum mata tidur atau bibit polibeg berpayung
satu atau dua. Penanaman dengan stum mata tidur harus pada musim hujan.
Pemancangan dilakukan dengan jarak tanam 1x1 m segi empat, kemudian dibuat
lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 40 cm. Dalam satu hektar kebun entres
memiliki tegakan 8000 – 9000 pohon dan mampu menghasilkan mata tunas lebih
kurang 600.000 mata. Setiap klon ditanam dalam satu petak dan diberi nomor,
dalam satu petak dapat dibuat 5 baris 40 pohon.
c. Pemeliharaan
- Penyiangan
Keadaan kebun entres harus bersih dari rerumputan, penyiangan dapat
dilakukan secara manual 3 minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3
bulan sekali, menggunakan herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter).
Penyemprotan dilakukan setelah tanaman mencapai 5-6 payung.
- Pemupukan
Dosis yang di berikan secara umum adalah sebagai
berikut :
Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan 5 gram Kieserit
Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl dan 10 gram Kieserit
Aplikasi dua
kali setahun, setiap pemberian setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk
melingkar mengelilingi batang dengan radius 1m dari pohon.
- Pengendalian penyakit
Sama dengan pengendalian penyakit di pembibitan
batang bawah.
- Pemanenan/pemangkasan
Kayu okulasi hijau di panen pada umur 4-5 bulan dan okulasi coklat umur
10-12 bulan. Pemangkasan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 bulan dengan
ketinggian 40-60 cm. Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 3-4 minggu akan
muncul tunas baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua
sampai tiga cabang. Pemangkasan pada tahun berikutnya lebih kurang 15 cm dari
pangkal tunas karangan mata.
- Peremajaan kebun entres
Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun kemudian dilakukan
peremajaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan kebun okulasi yang berumur lebih
dari 10 tahun memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan.
|
|
|
|
Gambar kebun entres/kebun kayu okulasi
OKULASI
Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari klon-klon anjuran
pada batang bawah yang terpilih sehingga dapat memberikan hasil sesuai harapan.
Pelaksanaan okulasi pada
tanaman karet ada dua jenis yang didasarkan pada ukuran diameter batang bawah
dan umur batang bawah. Okulasi hijau umur 4-5 bulan dengan diamter 1.1-1.3 cm
dan okulasi coklat umur 10-12 bulan dengan diameter 1.5-2.5 cm. Umur entres
disesuaikan dengan batang bawah.
Bahan dan Alat yang digunakan untuk okulasi adalah :
- Kain lap
- Pisau okulasi
- Plastik/verban okulasi
- Kolter/TB 192
- Gunting stek
Dalam pelaksanaan okulasi ada beberapa tahapan untuk mendapatkan batang bawah
yang baik tahapan-tahapan tersebut adalah :
a. Ketersediaan batang bawah yang akan diokulasi
Batang bawah dipersiapkan melalui pembibitan biji (bab sebelumnya) dan baru
bisa diokulasi apabila memenuhi syarat pertumbuhan sesuai jenis okulasi.
Untuk pelaksanaan okulasi coklat dapat dilakukan sebagai berikut :
- Ukuran diameter batang tanaman 1.5-2.5 cm diukur pada ketinggian 5 cm (gbr.1)
- Pertumbuhan daun payung yang paling atas dalam keadaan tua (gbr.2)
- Tanaman tidak terserang penyakit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 1.
pengukuran lilit batang dan Gambar 2. keadaan tunas yang siap diokulasi
b. Pembuatan jendela okulasi
Pembuatan jendela okulasi dilakukan pada batang bawah yang telah memasuki
kriteria okulasi diatas. Tujuan
dari pembuatan jendela okulasi ini adalah untuk menempelkan mata tunas/entres
dari klon yang diinginkan. Pembuatan jendela okulasi
terdiri dari beberapa langkah yakni :
- Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir yang dapat mengganggu penyatuan entres dengan batang bawah dengan lap bersih (Gbr.3)
- Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5 cm dan lebar 1/3 lilit batang bawah pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi (Gbr.4)
- Membuat potongan melintang pada salah satu ujung garis sejajar yang telah dibuat. Potongan melintang dapat dibuat pada ujung atas untuk bukaan bawah atau ujung bawah garis sejajar untuk bukaan atas. (Gbr.5 dan Gbr.6)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gbr. (3, 4, 5 dan 6), proses pembuatan jendela okulasi
c. Membuat perisai mata okulasi
Perisai okulasi adalah
mata okulasi yang diambil dari batang entres untuk ditempelkan pada jendela
okulasi. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
§
Menyiapkan perisai okulasi dari batang entress yaitu
dengan mengiris entres yang bermata baik (mata yang berada pada ketiak daun)
dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm. Ukuran perisai harus lebih kecil
dari jendela okulasi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar terjadi
sirkulasi udara pada okulasi yang dibuat.
§
Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan
sedikit bagian kayu (Gbr.7 dan Gbr. 8)
§ Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik
tumbuh putih yang menonjol. Apabila
bagian dalam kulitnya berlubang
berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan perisai tidak boleh ditempelkan
ke batang bawah.
|
|
|
|
|
|
|
|
Gbr. 7 dan
Gbr.8 Penyanyatan perisai okulasi
d. Penempelan perisai mata okulasi
Penempelan perisai mata
okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka dan perisai okulasi
harus dalam keadaan tidak bergerak, lalu jendela okulasi di tekan dan bagian
ujung nya dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap
dibalut. (Gbr. 8, 9 dan 10)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 8, 9, 10
Penempelan perisai okulasi
e. Pembalutan dengan verban okulasi
Agar mata okulasi tidak
bergerak dan menempel baik dengan batang bawah serta agar tidak terkena air
hujan dan kotoran maka perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik
okulasi (Gbr. 11)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 11.
pembalutan dengan verban
f. Pembukaan Verban dan Pemeriksaan Okulasi
Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 hari dan umur 28 hari. Okulasi
yang telah berumur 21 hari dibuka verban okulasinya dan diperiksa apakah tunas
okulasi hidup atau tidak. Verban dibuka dengan cara memotong verban dengan
pisau atau cutter tegak lurus ke arah atas. Potongan harus berada di
sebelah belakang bagian okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dengan perisai
yang masih hijua apabila digores sedikit dan perisai masih terlihat segar (Gbr.
12 dan 13). Apabila menunjukkan warna hitam dan perisai terlihat membusuk
berarti okulasi tidak berhasil. Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa
ikatan plastik untuk membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak
berhasil. Lebih kurang satu minggu setelah buka verban pemeriksaan yang kedua
dilakukan tujuannya untuk benar-benar memastikan keberhasilan okulasi.
Keberhasilan okulasi selain ditentukan oleh tenaga kerja okulasi ditentukan
juga oleh keadaan cuaca terutama hari hujan.
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 12
dan 13 Okulasi yang hidup
g. Pembongkaran bibit
Apabila ingin dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi jadi,
dilakukan penyerongan batang bawah dengan ketinggian 10-15 cm di atas pertautan
okulasi menggunakan gergaji serong, dengan kemiringan 45 derajat berlawanan
arah mata okulasi dan diolesi dengan kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata
okulasi membengkak dilakukan pembongkaran. Setelah tercabut maka akar lateral
ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang dipotong sehingga tinggal
sepanjang 25-30 cm. Apabila menggunakan dongkrak bibit maka 2-3 minggu sebelum
dicabut batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 70 cm dari permukaan
tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan batang bawah seperti
tersebut di atas disebut dengan stum mata tidur.
h. Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur
§ Stum yang akar tunggangnya terserang jamur
akar putih, mata okulasi rusak, akar bercabang banyak (menjari), akar bedenggol
atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan tanam. Bila akarnya bercabang
dua atau tiga maka satu atau dua akar yang terkecil dipotong dan lukanya
diolesi dengan TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam.
§ Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya
dapat dianjurkan sebagai bahan tanam setelah terlebih dahulu ditumbuhkan
didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua payung daun.
|
|
|
|
Gambar 13
dan 14 stum okulasi mata tidur yang baik dan afkir
BIBIT
DALAM POLIBEG
Bibit dalam polibeg adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibeg
yang mempunyai satu atau dua daun payung, Bibit polibeg dapat dibuat dengan
menanam stum mata tidur atau dengan pembibitan batang bawah di polibeg.
Kelebihan dalam pembibitan di polibeg adalah lebih seragam ketika dipindah ke
lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air ketika penyiraman.
Bibit Polibeg dari Stum Mata Tidur
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik didalam polibeg, maka
dibutuhkan stum mata tidur yang telah terseleksi sesuai dengan mutu standar.
Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) yang sudah di campur dengan fosfat alam (rock phospat) sebanyak 25 gram per polibeg, setinggi 2/3 bagian polibeg
- Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
- Polibeg disusun dua baris di dalam parit yang sudah disiapkan.
- Tanamkan stum mata tidur tepat ditengah polibeg, lalu diisi dengan tanah yang sudah dicampur fosfat alam sedikit demi sedikit sampai leher akar, sambil dipadatkan dengan tangan.
- Penyiraman dilakukan secara teratur dan dipupuk setiap bulan sesuai anjuran, yaitu umur 1-3 bulan diberi pupuk Urea = 5 gram/pohon, SP 36 = 6.25 gram/pohon, KCl = 2 gram/pohon dan Kieserit = 2 gram/pohon.
- Sangat penting diperhatikan, bahwa semua tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan (mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu.
- Bibit dipelihara sampai pertumbuhan tunas mencapai satu payung daun (2 bulan) atau dua payung daun (4 bulan).
- Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar yang menembus polibeg harus di potong, dan waktu pemindahan terbaik adalah pada saat pertumbuhan dua payung daun tua (mengeras). Jangan lakukan penanaman ke lapangan dalam keadaan tumbuh tunas muda atau daun muda.
|
|
|
|
Gambar
pembibitan stum mata tidur dalam polibeg
Pembibitan
Batang Bawah di Polibeg
Selain pembibitan batang bawah di lapangan, penanaman biji untuk batang
bawah juga dapat dilakukan langsung di polibeg. Pengokulasian bibit dalam
polibeg bertujuan untuk meringankan biaya pengolahan tanah di lapangan. Tahapan pembuatan bibitan polibeg adalah
sebagai berikut :
- Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) di campur dengan pupuk fosfat alam sebanyak 50 gram per polibeg.
- Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
- Polibeg disusun di dalam parit yang sudah disiapkan
- Sebelum dilakukan penanaman kecambah harus di seleksi dan dilakukan penanaman di tengah-tengah polibeg
- Bibit batang bawah ini dipelihara sampai umur 6-8 bulan
- Bibit diokulasi dalam polibeg dengan posisi jendela okulasi menghadap ke luar.
- Setelah okulasi jadi, potonglah batang miring ke arah belakang pada ketingian 10-15 cm di atas pertautan okulasi
- Mata okulasi dibiarkan tumbuh dan dipelihara dengan baik sampai satu atau dua payung penuh
- Penunasan mata tunas liar dilakukan dua minggu sekali
- Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar tunggang yang menembus polibeg harus di potong, dan untuk pembibitan langsung di polibeg, waktu pemindahan dapat dilakukan pada stadia pertumbuhan satu payung daun tua.
PENYIAPAN
LAHAN
Penyiapan lahan
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang luasnya
relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan manual dan khemis.
Penyiapan
lahan secara manual dan kemis
Tebas/Imas
Penebasan
dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat-alat yang digunakan biasanya parang.
Penebangan
Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, kapak
besar atau dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30 cm
dari permukaan tanah.
Penyincangan/perpanjangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau
dijadikan bahan bakar batang dipotong sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila
tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan sendirinya.
Pembakaran
dan peracunan tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak laku
dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat busuk.
Tunggul yang tertinggal juga diberi racun agar lebih cepat busuk.
Pengumpulan
dan Pembakaran ulang
Kayu yang masih
berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang sudah mulai busuk dikumpulkan
menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang atau dibiarkan membusuk sehingga
lahan terlihat bersih. Penyiapan lahan dengan cara manual mempunyai kelemahan
yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan atau lebih dan potensi
penyakit jamur akar putih tinggi.
Penyiapan
Lahan Secara Mekanis Penuh
Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk mengatasi penyakit JAP yang
sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis penuh maka sumber infeksi
penyakit JAP baik yang berupa tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat
disingkirkan dari areal penanaman.
Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dimaksudkan
agar tanaman yang ditebang segera akan mengering. Kondisi kering ini akan
mempermudah dalam penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan
dimanfaatkan sebagai kayu log atau selainnya. Di wilayah Sumatera Utara umumnya
musim kemarau jatuh pada bulan Februari s.d Juni. Tahapan penyiapan lahan
secara mekanis adalah sebagai berikut :
a. Penumbangan
dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain saw atau dengan
didorong sampai tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu
penumbangan dengan chain saw tunggul harus disisakan sepanjang 30 cm
untuk memudahkan dalam pembongkaran dan pencabutannya. Pohon karet yang sudah
ditumbang kemudian di potong-potong sesuai keperluan misalnya untuk kayu log.
Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai sumber kayu bakar atau sebagai
kayu asap.
b. Pembongkaran
dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul yang disisakan
sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan dikumpulkan pada
tiap-tiap barisan yang berjarak 10 m. Di beberapa daerah sisa-sisa tunggul
masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan. Tunggul-tunggul
yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian (spot-spot) lalu dibakar.
Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan lahan, untuk mempercepat
pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu dengan penanaman kacangan penutup
tanah. Untuk daerah-daerah ber lereng sisa tunggul didorong ke daerah lembahan
dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.
c. Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai dan sisa-sisa
tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada dalam barisan lagi.
Ripper dilakukan dua kali, Ripper pertama dilakukan dengan melintang ke arah
Timur-Barat, Ripper kedua ke arah Utara-Selatan. Untuk lahan-lahan yang miring
putaran pertama dilakukan ke atas dan kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan
rippper kedua dan seterusnya. Alat yang digunakan adalah Ripper yang ditarik
dengan traktor rantai D6/D8. Kedalaman ripper 50 cm, selang waktu antara ripper I dengan ripper II
berselang 2-3 minggu. Setiap kali ripper di ikuti dengan ayap akar. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal ketika pembongkaran.
Dalam pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan
terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk mengurangi potensi JAP dari
sisa akar tanaman karet.
d.
Luku (Bajak)
Pekerjaan luku dilakukan dua kali, dengan alat bajak piringan yang
ditarik menggunakan traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan
distribusi akar serabut tanaman karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan
arah menyilang saling tegak lurus satu sama lainnya, interval waktu antara luku
I dan luku II selang 2-3 minggu. Setiap kali pembajakan di ikuti dengan ayap
akar.
Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang masih tertinggal
diayap secara manual dan dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah
pemusnahannya.
e. Garu (Harrow)
Garu dilakukan 2 kali . Garu pertama ke arah Utara-Selatan dan yang kedua
ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah tractor ban yang dilengkapi
dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk menggemburkan dan meratakan
permukaan tanah. Setiap selesai pekerjaan garu di ikuti dengan ayap akar,
selang waktu garu I dengan garu II berselang 2-3 minggu.
f. Pembuatan
teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu dengan pembuatan
teras, benteng, rorak maupun parit di areal penanaman karet. Cara ini dalam
pengawetan tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung
serta menyalurkan air dengan kekuatan yang tidak merusak.
Tindakan
pengawetan tanah pada budidaya tanaman, didasarkan pada kelas kemiringan lahan
yang ada. dibagi ke dalam 4 kelas yaitu :
1. Tanah
datar (0-3%)
Tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun
teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu drainase untuk menampung dan mengalirkan
air yang berlebihan.
2. Tanah
bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 4-10% mulai nampak
adanya erosi alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada
tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pembuatan benteng dan rorak.
3. Tanah
berbukit (11-100%)
Pada areal bukit diperlukan pembuatan teras
bersambung.
4. Tanah
curam (>100%)
Pada tanah curam dengan kemiringan > 100% tidak
dianjurkan untuk usaha perkebunan karet. Untuk pengusahaan tanaman karet,
kemiringan lahan sampai 47%.
Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan lahan dan jarak
antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan lahan. Makin tinggi
kemiringannya maka jarak antar kontur semakin jauh. Lebar teras sekitar 2 m
dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng dengan sudut kemiringan 10o.
Pembuatan teras dapat dilakukan secara manual atau dengan mekanis menggunakan
traktor rantai D6. Pembuatan teras sebaiknya dimulai dari tempat yang tinggi
(puncak bukit). Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam teras dibuat rorak
(lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.
g. Pembuatan
saluran drainase
Drainase areal
sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan
areal yang sering kebanjiran. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang berguna untuk
mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah. Banyaknya saluran
tergantung dari kondisi lahan, ataupun tinggi rendahnya permukaan air tanah.
Sebelum membangun saluran drainase harus direncanakan dimana titik pembuangan
arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang diperoleh
selanjutnya ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan dibuat dan
tingkat jaringan saluran yang diperlukan.
Pembangunan
Penutup Tanah
Pada areal
pertanaman karet rakyat, biasanya gawangan tidak ditanam penutup tanah kacangan.
Selama lebih kurang tiga tahun pertama (tajuk tanaman karet belum menutup),
petani dianjurkan untuk memanfaatkan gawangan dengan mengusahakan tanaman
pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung dan lainnya.
Untuk pembangunan penutup tanah, kacangan campuran konvensional terdiri
dari Pueraria javanica, Calopogonium mucunoides, dan Centrosema
pubescens merupakan penutup tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran
konvensional memberikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih
banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari
erosi, dan memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP. Dapat dibangun
dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup
tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap
suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk
tanaman karet menutup permukaan tanah.
Selain kacangan
campuran konvensional di atas, Calopogonium caeruleum (CC) salah satu
jenis yang memberikan bahan organik lebih banyak dari yang
dihasilkan kacangan konvensional dan melindungi permukaan tanah dari erosi
setaraf atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional. Juga berperan
menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, jenis
ini lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai
hama. Selama masa TM kacangan jenis CC dapat bertahan tumbuh dalam gawangan
karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah dibanding
dengan kacangan konvensional.
Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan
adalah Mucuna bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar dan
pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan
yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama
banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan
dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna sangat efektif
melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran
terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai
ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal
TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa
TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.
Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi
pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan
sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.
Penanaman penutup tanah kacangan.
Penanaman biji
kacangan dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak 1
meter di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi
dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat
menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan
pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu telah disingkirkan.
Penanaman di Lapangan
Pemancangan
- Kegiatan penanaman tanaman karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak tanam dengan kerapatan populasi sekitar 500 s.d 600 pohon/ha. Dengan populasi tersebut, dapat menggunakan jarak tanam pagar 3,3 x 6,0 m atau 2,75 x 6,0 m.
- Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan. Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi bergelombang berbukit, arah barisan disesuaikan dengan kontur. Pancang kepala dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan barisan tanam. Kompos dan tali atau kawat diperlukan untuk menentukan arah dan jarak tanaman dalam barisan.
Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam
§ Lubang tanam dibuat minimal 1 minggu
sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah maupun
ukurannya, pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 70 x 70 x 60
cm.
§ Pada saat penggalian lubang tanam, tanah
bagian atas (top soil) diletakkan disebelah kanan lubang dan sub soil
diletakkan disebelah kiri lubang tanam.
§ Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih
dahulu dilakukan pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP dengan
dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g. Pemberian pupuk ini dimaksudkan
untuk memacu pertumbuhan akar karet yang baru ditanam. Pupuk dicampurkan secara
merata pada tanah yang akan digunakan untuk menimbun kembali tanaman karet yang
ditanam.
Penanaman karet
§ Penanaman karet dilakukan pada musim hujan
besar.
§ Bibit yang polibegnya robek harus diikat
dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke lapangan.
§ Bibit yang didistribusikan ke lapangan
diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan tinggi
polibeg.
§ Dasar polibeg disayat dengan pisau dan
bibit diletakkan dalam lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan
dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik
sudah dibuka.
§ Arah mata okulasi diseragamkan menghadap
gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi
diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada saat penanaman,
pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah ditimbun tanah,
pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah.
Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu
kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan
tangan mulai dari bagian pnggir ke arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi
jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung
untuk menghindari air hujan yang menggenang.
|
|
|
|
Gambar
Penanaman bibit karet
Pemeliharaan TBM
a. Strip Weeding/Penyiangan
Adalah penyiangan gulma di sekitar bibit yang telah ditanam, tanaman harus
bersih dari gulma pada jarak
1m ke arah kanan dan 1 m ke arah kiri. Strip widing dilakukan setiap 1 –
3 bulan sekali tergantung jumlah gulma yang tumbuh. Cara yang digunakan dapat
menggunakan herbisida atau secara manual/dengan cangkul atau dengan herbisida Round
up/Matador. Tujuan Strip Widing adalah :
§ Menjaga tanaman dari gulma yang dapat
merugikan
§ Menghindari tanaman dari penyakit yang
dibawa gulma
§ Efisiensi pemupukan
Penyiangan pada
areal tanaman karet yang berumur kurang dari satu tahun dilakukan secara manual
dengan menyiang rumput secara melingkar di sekitar tanaman dengan radius 50 cm.
Selanjutnya tanaman yang sudah berumur lebih dari satu tahun penyiangan dapat
dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti jalur penanaman karet dengan jarak
1.5 – 2 meter dari barisan pohon. Penyiangan dapat dilakukan secara manual
maupun dengan menggunakan herbisida. Rotasi penyiangan akan tergantung dari
kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal dengan laju pertumbuhan gulma yang
tinggi, rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, tetapi pada lokasi
pertumbuhan gulma yang biasa, rotasi penyiangan dapat dilakukan 3 minggu
sekali.
b. Penunasan/Pewiwilan
Setelah usia
tanaman 1-3 bulan harus dilakukan pengontrolan yaitu pengamatan terhadap
kondisi tanaman terutama daun/tunas yang kurang tumbuhnya kurang baik. Setelah
tahap ini dilakukan tahap selanjutnya adalah penunasan/pewiwilan. Tujuan dari
penunasan adalah untuk mendapatkan tanaman yang baik/subur dengan bentuk batang
yang tegak/lurus dan kulit batang mulus. Tunas yang dipotong adalah tunas yang
kurang baik tumbuhnya, bisa berupa tunas samping atau tunas atas. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penunasan adalah :
§ Tunas-tunas liar yang tumbuh di luar mata
okulasi dihilangkan dengan pisau sampai pangkal tunas.
§ Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar
tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas
samping diwiwil sampai 2.5 m dari permukaan tanah.
§ Frekuensi penunasan dilakukan 2 minggu
sekali terutama pada tahun pertama setelah penanaman.
c. Penyisipan/penyulaman
Adalah penggantian tanaman yang mati akibat penyakit atau akibat kerusakan
lainnya dengan tanaman yang baru (tautan usianya tidak jauh berbeda). Sebelum
penyisipan harus dilakukan inventarisasi terlebih dahulu, inventarisasi adalah
pendataan tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Biasanaya karena patah batang, serangan penyakit
Jamur Akar Putih (JAP), kanker garis. Presentase keberhasilan tanaman ulang
adalah 98.5% sedangkan sisanya (1.5%) biasanya harus di sisip.
d.
Perangsangan percabangan
Pada tanaman
karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk
cabang. Tanaman ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai
matang sadap. Tanaman muda yang demikian, pada bagian ujungnya mudah
dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah,
sehingga tajuk yang terbentuk tidak simetris. Keadaan cabang seperti tersebut
di atas akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang.
Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara dua setengah sampai tiga
meter dari atas pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya
lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan
perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih
cepat terbentuk.
1. Pembuangan
ujung tunas
Kurang lebih pada ketinggian 2m – 3m dari pertautan okulasi, tunas muda
yang baru tumbuh di atas daun payung teratas dibuang dengan jalan dipotes atau
di gunting.
2. Penutupan
ujung tunas
Ujung tunas muda yang baru tumbuh serta masih berdaun merah dan lemas,
ditutup atau dikerudungi dengan kertas atau kain yang sudah dicelup dengan
parafin. Setelah tujuh hari, daun-daun yang tadinya berwarna merah, telah
mengeriput dan tiadak berkembang.
3.
Pengguguran daun (perompesan)
Payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 – 2 tahun dirompes
seluruhnya. Tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh.
4.
Pemenggalan batang
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,5 – 3 tahun sedikit di atas
kumpulan mata. Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 1 – 24 bulan, dimana pada
waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih lima meter.
Pemenggalan dilakukan pada waktu awal musim hujan.
Perawatan
Tanaman Menghasilkan
a. Strip Weeding/penyiangan
Strip widding adalah menyiangi areal selebar 1 m pada sisi kanan dan 1 m
pada sisi kiri pohon karet dari gulma atau tanaman
pengganggu. Gulma yang tumbuh disekitar pohon karet akan membawa pengaruh yang
kurang baik terhadap pohon karet. Pengaruh yang kurang baik itu adalah :
§ Menjadi kompetitor tanaman karet untuk
mendapatkan unsur hara, udara dan tempat tumbuh.
§
Mengganggu dalam pemupukan tanaman karet.
§
Menurunkan produksi karet kering
§
Sebagai tempat persembunyian berbagai macam hama tanaman karet ada
juga gulma yang berperan sebagai inang penyakit pada tanaman karet.
Untuk mengurangi laju
pertumbuhan gulma pada gawangan tanaman, dapat dilakukan dengan penanaman
penutup tanah kacangan. Penanaman kacangan ini berfungsi selain untuk
mengurangi laju pertumbuhan gulma juga untuk mencegah erosi dan menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Pertumbuhan kacangan yang cepat akan
menekan pertumbuhan gulma. Sebagi konsekuensi dari pertumbuhan kacangan yang
cepat maka harus dilakukan rotasi pengendalian kacangan dengan frekuensi yang
lebih sering, karena apabila terlambat pengendaliannya tanaman kacangan akan
melilit batang pohon karet.
Pemupukan
Salah satu aspek yang
penting dalam hal pertumbuhan dan peningkatan produktivitas tanaman karet
adalah pemupukan. Pemupukan
harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) tepat waktu, (2) tepat cara dan (3) tepat
dosis, apabila tiga syarat ini tidak ditepati maka produksi akan kurang
optimal. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan ketika tanaman
sedang membentuk daun muda.
Umur (tahun)
|
Cara
pemberian pupuk
|
0 – 2
|
Ditebar merata
secara melingkar di sekeliling pohondengan radius (r) = 25 – 100 cm.
|
3 – 4
|
Ditebar merata
secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 100 – 150 cm dari
pohon.
|
≥ 5
|
Ditebar secara
larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 150 – 200 cm dari pohon.
|
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis
anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM kurang dari satu tahun
Umur
(Bulan)
|
g/phn
|
|||||||||
Tanah Subur
|
Tanah
Kurang Subur
|
|||||||||
Urea
|
TSP
|
RP
|
KCl
|
Kies
|
Urea
|
TSP
|
RP
|
KCl
|
Kies
|
|
0
|
-
|
-
|
250*
|
-
|
-
|
-
|
-
|
250*
|
-
|
-
|
2
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
25
|
60
|
-
|
20
|
10
|
25
|
75
|
-
|
25
|
25
|
6
|
40
|
-
|
-
|
30
|
-
|
50
|
-
|
-
|
50
|
-
|
9
|
60
|
60
|
-
|
50
|
20
|
75
|
75
|
-
|
75
|
25
|
12
|
75
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
225
|
120
|
250
|
100
|
30
|
275
|
150
|
250
|
150
|
50
|
*)
pupuk lobang/dasar
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis
anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM 2 tahun s/d 5 tahun
Umur
(thn)
|
g/phn/th
|
|||
Urea
|
TSP
|
MoP
|
Kies
|
|
2
3
4
5
|
250
250
300
300
|
175
200
200
200
|
200
200
250
250
|
75
100
100
100
|
Sumber
: Puslit Karet-Medan
Dosis
anjuran umum pemupukan karet pada masa TM
Umur
(thn)
|
g/phn/th
|
|||
Urea
|
TSP
|
MoP
|
Kies
|
|
6 – 15
16 – 20
> 20*
|
350
300
200
|
200
150
-
|
300
250
150
|
75
75
-
|
*) Sampai dua tahun sebelum replanting.
Sumber
: Puslit Karet-Medan
Untuk mengurangi hilangnya pupuk karena erosi dan run off maka
aplikasi pupuk harus benar-benar diperhatikan, sebaiknya pupuk yang mudah
menguap (urea) harus dibenam bukan di tabur. Untuk daerah yang berlereng
aplikasi pupuk seluruhnya harus dibenam (pocket) tujuannya agar tidak
terbawa erosi. Waktu
pemupukan dilakukan pada saat tanaman flush (daun muda mulai tumbuh).
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
Hama Rayap
Untuk penanaman
baru bekas hutan primer/skunder umumnya tidak dilakukan pengolahan tanah.
Biasanya setelah umur 1 tahun selalu mendapat gangguan hama rayap yang
bersumber dari bekas tunggul. Jika terjadi serangan pemberantasannya dapat
dilakukan dengan insektisida Basudin 60 EC, Diazinon 60 EC dalam larutan dengan
konsentrasi 0,2 – 0,4% dan disiramkan ke tanaman dengan jari-jari 20 cm.
Penyakit daun Oidium
Penyakit daun Oidium
disebabkan oleh jamur heveae Serangan Oidium yang terjadi pada
saat pertumbuhan daun muda dapat menyebabkan daun gugur kembali. Gejala ini
dikenal sebagai gugur daun sekunder (SLF). Pertumbuhan daun muda yang
bertepatan dengan musim kering panjang akan mengalami serangan Oidium
yang berat. Serangan Oidium berulang selama terjadi pembentukan daun
muda terserang oleh penyakit lain.
Gejala penyakit dan kerusakan
Pada daun muda
yang sedang berkembang akan timbul bercak-bercak putih kekuningan dan dalam waktu
singkat bercak membesar disertai dengan pertumbuhan benang jamur mencuat ke
permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih seperti tepung. Spora
tersebut akan mudah terlepas dan tersebar oleh tiupan angin.
Daun yang
mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan diikuti
dengan gugur daun. Gugur daun yang terus menerus dapat menyebabkan mati pucuk
dan turunnya produksi lateks. Pada TBM dan bibitan, serangan Oidium
dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan bahkan kematian tanaman.
Bila daun tidak
gugur, Oidium menyebabkan cacat daun atau bercak hitam dengan bentuk tak
beraturan. Oidium yang tertinggal pada daun tua merupakan sumber
penularan pada musim kering berikutnya.
Penanggulangan penyakit
Pemberantasan Oidium
dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang Cirrus)
dapat mengurangi kerusakan tanaman. Perbedaaan dilakukan pada awal pembentukan
daun-daun baru sebanyak 3 – 6 rotasi interval 5 – 7 hari dengan menggunakan
alat penyerbukan (blower) berkekuatan tinggi dengan dosis 4 – 6 kg
belerang/ha/rotasi. Untuk pembibitan dapat digunakan alat pendebuan portable
Penyakit daun Colletotrichum
Penyakit gugur
daun Colletotrichum desebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporioides
yang juga penyebab gugur daun sekunder (SLF). Serangan Colletotrichum pada
klon yang rentan dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi
pembentukan pucuk-pucuk baru dalam musim penghujan.
Klon yang
menggugurkan daun-daunnya tidak serempak akan mengalami serangan penyakit yang
terus menerus sehingga produksi lateks turun secara nyata. Serangan pada
bibitan dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan sehingga dapat memperpanjang masa tidak produktif.
Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit gugur
daun Colletotrichum dapat menyerang tanaman pada segala tingkat umur.
Serangan penyakit dimulai pada saat terjadi pembentukan daun muda setelah musim
meranggas. Daun yang sangat muda bila terserang penyakit akan melinting dan
berubah warna menjadi hitam seperti daun teh kering, sehingga ujung tunas
menjadi gundul. Bila terjadi infeksi jamur pada daun yang lebih tua, maka
timbul bintik-bintik hitam yang tumbuh membesar mengikuti pertumbuhan daun.
Bercak yang
terjadi pada ujung atau tepi akan menyebabkan cacat daun. Daun yang sudah
berwarna hijau muda berumur lebih dari dua minggu akan terhindar dari
pengguguran.
Penangulangan penyakit.
1. Menanam klon yang tahan terhadap penyakit gugur
daun Colletotrichum, antara lain PR 261, RRIC 100 dan PB 260.
2. Untuk pembibitan pengendalian penyakit
dilakukan dengan penyemprotan fungisida : 0,3% Dithane M 45 atau 0,2% Daconil
75 WP. Penyemprotan dilakukan pada saat pertumbuhan daun muda, mulai dari
pembentukkan tunas sampai daun berwarna hijau muda sebanyak 3 – 4 rotasi dengan
interval waktu 5 hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari 10 ha,
penyemprotan dengan Mist blower lebih efisien daripada penggunaan Knapsak
sprayer. Untuk tanaman belum mengahasilkan (TBM) aplikasi fungisida
dilakukan dengan Mist blower ; sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM)
aplikasi fungisida dilakukan secara pengabutan (fogging) dengan mesin
pengabut (fogger) dengan carrier minyak disel atau minyak Shell (Shell
fogging oil) ditambah dengan emulgator. Pengendalian penyakit dilakukan
pada saat pembentukan daun-daun baru setelah masa meranggas. Dosis penyemprotan
tergantung pada besar (umur) tanaman. Untuk bibitan dan tanaman muda (TBM)
cukup 1,5 kg Dithane M 45 atau 1 kg Daconil WP per hektar/rotasi.
Penyakit daun Corynespora
Penyakit daun Corynespora
disebabkan Corynespora cassiicola. Pada klon-klon yang peka, Corynespora
dapat menyebabkan gugur daun sepanjag tahun sehingga dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, produksi lateks bahkan dapat menyebabkan kematian
tanaman.
Gejala penyakit dan kerusakan
Corynespora cassiicola dapat menyerang daun tua maupun daun muda. Pada daun muda biasanya jamur
tidak membentuk bercak yang jelas, tetapi anak daun (helaian daun) berubah
warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau langsung
gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur kemudian. Pada daun yang
lebih tua, jamur membentuk bercak coklat tua sampai hitam dimana urat-urat daun
tampak lebih gelap dari pada sekelilingnya sehingga bercak tersebut tampak
menyirip seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas
buram. Apabila patogen menginfeksi tangkai daun dengan bercak hitam, maka daun
gugur bersama tangkainya.
Tanaman yang
terus menerus terserang Corynespora cassiicola tak pernah berdaun lebat
secara berangsur-angsur mengalami mati pucuk (dieback) sehingga akhirnya
tanaman mati.
Penanggulangan penyakit
Pemberantasan
sebaiknya dilakukan pada awal serangan. Untuk tanaman menghasilkan (TM) yang
tingginya lebih dari 6 m dan sulit disemprot, sebaiknya digunakan penggabutan (fogging)
dengan fungisida 0,6 kg/ha Dithane M 45 + emulgator atau 1 – 1,5 kg/ha Calixin
750 EC dalam minyak disel atau minyak Shell (Shek fogging oil).
Penyemprotan/pengabutan dilakukan selama masa pertumbuhan daun muda sebanyak 4
– 6 kali dengan interval 1 (satu) minggu.
Penyakit Akar Putih
Penyakit Akar
Putih disebabkan jamur Rigidoposus lignosus (Syn : Fomes lignosus)
yang lebih dikenal dengan nama jamur akar putih (JAP). JAP merupakan penyebab
penyakit yang paling banyak menimbulkan kerugian pada perkebuanan karet karena
dapat menyebabkan kematian langsung sehingga produksi lateks akan menurun.
Biaya penanggulangan dan pengobatan JAP cukup besar sehingga dapat menaikkan
biaya produksi.
Gejala penyakit dan kerusakan
JAP dapat
menyerang pada semua tingkat umur tanaman, mulai dari bibit sampai tanaman tua.
Pucuk serangan biasanya terjadi pada tanaman umur 3 – 4 tahun. JAP menyerang
bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah, baik akar cabang maupun
akar tunggang.
Gejala penyakit
baru nampak ke permukaan apabila penyakitnya sudah parah, yaitu gejala
menguningnya sebagian perdaunan atau cabang. Adakalanya tanaman muda mati
mendadak dengan gejala mengeringnya daun-daun yang masih utuh pada tajuk. Untuk
mengetahui gejala awal harus dilakukan pemeriksaan akar dengan cara
membuka/menggali bagian leher akar.
Gejala JAP
ditandai dengan adanya petumbuhan miselium jamur pada permukaan kulit
akar. Miselium tersebut berwarna putih dan tumbuh bersatu membentuk
jaringan yang tebal dan disebut rizomorf. Pada mulanya jamur hanya
melekat pada permukaan akar, kemudian menembus jaringan akar dan merusak
jaringan pembuluh sehingga proses pengangkutan air dan hara terhambat.
Selanjutnya tanaman mengalami kekurangan hara dan air. Dengan membusuknya akar
tungang, tanaman menjadi mudah tumbang.
Penangulangan Penyakit
1. Penanggulangan
secara tidak langsung melalui teknik antara lain :
a. Melakukan
pengolahan tanah secara mekanis untuk menyingkirkan tunggul dan perakaran
tanaman karet tua yang menjadi infeksi JAP pada peremajaan maupun pembukaan
kebun baru.
b. Menanam
kacang-kacangan penutup tanah supaya sisa-sisa akar di dalam tanah cepat
hancur.
c. Seleksi
bibit ketat. Gunakan bibit sehat, bebas dari infeksi JAP.
d. Memeriksa
adanya tanaman sakit sejak dini (umur 1 tahun) dengan rotasi pemeriksaan 3
bulan sekali
d. Membuat parit isolasi antara kompleks tanaman
sakit dengan pertanaman yang sehat dengan lebar 30 cm dan kedalaman 30 – 60 cm,
tergantung pada kedalaman solum atau membongkar semua tanaman yang sakit dan
tidak tertolong lagi.
2. Pengobatan dengan Fungisida
a. Pengobatan dengan cara pelumasan
Pengobatan dilakukan dengan cara membuka bagian
leher akar yang sakit, dan kemudian dilumasi dengan fungisida yang mengandung
bahan aktif 20% PCNB (Shell collar protectant, Formac 2) yang baik bila
dilakukan pada awal serangan. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan estela 12 bulan, dan pengobatan diulang
apabila terjadi infeksi kembali. Akar-akar samping yang membusuk dipotong.
Sumber infeksi yang terdapat di kebun dibongkar dan dimusnahkan.
b. Pengobatan dengan cara penyiraman
Untuk tanaman muda (TBM), terutama yang umurnya
kurang lebih 2 tahun, pengobatan dapat dilakukan dengan cara menyiramkan
larutan fungisida disekitar leher akar. Pengobatan diulang setelah 6 bulan.
Fungisida yang dapat digunakan adalah :
a. Bayleton 250 EC, dosis 10 ml/1 air/pohon
b.
Bayfidan 250 EC, dosis 5 ml/1 air/pohon
c. Anvil 50 SC, dosis 10 ml/1 air/pohon
d. Alto 100 SL, dosis 2,5 ml/1 air/pohon
3. Pengendalian dengan cara biologis
Pemberantasan cara biologis dengan memanfaatkan Trichoderma
sp dipadukan dengan pemberian belerang memberikan hasil yang sangat
memuaskan dan dapat dianggap sebagai cara pemberantasan JAP yang murah, mudah
dan efisien serta dapat mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk tanaman
karet di polibeg, pengobatan dilakukan dengan cara menaburkan 25 g Trichoderma.
Sedangkan pada tanaman muda umur 0 – 4 tahun dosis Trichoderma adalah
100g/pohon. Selain untuk pengobatan, Trichoderma dapat juga digunakan
untuk pencegahan dengan dosis aplikasi 50 g/pohon. Trichoderma diperdagangkan
dengan nama Triko sp+ Produk Balai Penelitian Sungei Putih.
Penyakit Jamur Upas
Penyakit Jamur Upas atau pink disease
disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Serangan jamur upas
umumnya terjadi pada tanaman muda berumur 3 – 7 tahun, begitupun tidak tertutup
kemungkinan bagi tanaman lebih muda atau tua terserang penyakit ini. Serangan
penyakit berkurang setelah tajuk saling menutup. Jamur upas dapat menyebabkan
kematian cabang-cabang utama sehingga kehilangan tajuk.
Gejala penyakit dan kerusakan
Serangan penyakit umumnya dimulai pada
percabangan utama. Jamur tumbuh pada pangkal cabang, membentuk lapisan benang miselium
yang mirip sarang laba-laba. Pada awal pertumbuhan, lapisan miselium
berwarna putih, kemudian berubah menjadi merah jingga sejalan dengan
bertambahnya umur. Oleh karena itu, penyakit ini juga disebut pink disease.
Selanjutnya, jaringan miselium pecah-pecah dan bintik-bintik hitam
diikuti dengan pecahnya kulit kayu dan pembuluh lateks sehingga menyebabkan
melelehnya lateks pada batang. Lelehan lateks yang mengering akan menjadi
hitam. Pembusukan kulit akan menjalar ke atas atau ke bawah dari tempat
asalanya. Kematian cabang dipercepat oleh serangga-serangga penggerek, sehingga
cabang tersebut mudah patah bila diterpa angin.
Penanggulangan
Penyakit
1. Tanaman agar diperiksa ketat pada masa
TBM
2.
Pengobatan dilakukan dengan melumas bagian kulit ditumbuhi jamur dengan
fungisida Calixin RM atau 2% Difolatan 4F. Pengerokan kulit tidak perlu dilakukan.
3.
Pemangkasan cabang yang telah mati atau yang tidak mungkin diobati untuk
mengurangi sumber infeksi. Bekas potongan cabang agar dimusnakan atau dibakar.
Penyakit Neokrosis
Kulit
Penyakit Neokrosis Kulit atau
dikenal dengan nama Bark necrosis (BN) disebabkan oleh jamur Fusarium
sp yang berasosiasi dengan Botrydiplodia sp. Penyakit BN menyebabkan
kerusakan kulit pada bidang sadap. Kerusakan dapat berlanjut pada semua bagian
kulit batang, mulai kaki gajah sampai ke percabangan. Serangan BN biasanya diikuti
oleh serangan-serangan penggerek (Xyleborus mascarensis) dan Platypus
cupulatus serta jamur Ustulina sehingga mempercepat kematian
tanaman.
Gejala
penyakit dan kerusakan
Penyakit BN pada umumnya terjadi pada
tanaman yang sudah disadap (TM). Gejala awal dimulai dengan timbulnya bercak
coklat, seperti memar pada permukaan kulit. Penyakit berkembang pada lapisan
kulit dalam. Apabila sudah parah, penyakit akan merusak lapisan kambium, bahkan
sering sampai ke lapisan kayu. Akibatnya kulit pecah dan terjadi pendarahan
(pembuluh lateks pecah). Kerusakan cambium dapat menyebabkan kulit ulihan
tumbuh tidak merata, sehingga menyulitkan penyadapan ulang berikutnya, atau
sama sekali tidak dapat disadap lagi karena tanaman mati atau tumbang. Akibatnya jumlah pohon berkurang dan
produksi lateks turun secara drastis.
Pada klon-klon
tertentu, seperti GT 1, AVROS 2037, GYT 577, RRIM 703, serangan BN bisa
mencapai lebih dari 30% dari tegakan perblok dan serangan penyakit dapat
terjadi berulang-ulang.
Faktor-faktor
pendukung serangan penyakit
1. Penyakit dapat
berkembang sepanjang tahun. Pada perubahan musim kering ke musim hujan, pada
saaat terjadi hujan kecil, intensitas penyakit dapat meningkat dengan pesat.
2. Penyakit pada umumnya
timbul pada tanaman yang sudah disadap. Penyadapan yang terlalu berat ( 1/2 S
d/2) tanpa diikuti dengan pemupukan yang memadai dapat menurunkan ketahanan
terhadap penyakit.
3. Stimulan
etefon pada tanaman karet dalam kondisi lemah dapat memacu terjadinya BN.
Penanggulangan
Penyakit
1. Pemeriksaaan tanaman
dari pohon ke pohon dalam periode tertentu mengetahui serangan awal penyakit
perlu dilakukan, terutama pad ablok yang perna terjangkit penyakit BN.
2. Pengobatan dilakukan
dengan 2% Difolatan 4F atau Calixin RM. Lapisan luar yang terserang penyakit
harus dikerok tipis supaya fungisida yang dilumaskan dapat meresap ke bagian
kulit yang sakit. Pengerokan diusahakan tidak sampai merusak lapisan kambium.
Pengobatan pada awal serangan akan menghemat pemakaian tenaga dan biaya.
3. Jika penyakit BN diikuti
serangan-serangan penggerek, maka penggereknya harus diberantas dengan cara
penyemprotan lubang(terowongannya) dengan 0,2% Diieldrin 20 EC atau insektisida
lain yang mempunyai eek residu lebih lama.
4. Intensitas sadap
diturunkan dan sti,ulan etefon dihentkan pada pohon-pohon yang menderita BN.
Penyakit Muldirot
Penyakit Muldirot
(Mouldy Rot) disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata.
Penyakit Muldirot merupakan penyakit yang paling umumpada bidang sadap tanaman
karet. Jamur menyerang kulit yang terbuka akibat luka sadap. Serangan dapat
berlanjut dan merusak lapisan kambium sehingga proses pembentukankulit pulihan
terganggu. Akibatnya kulit pulihan tak dapat disadap kembali pada periode
penyadapan berikutnya.
Kulit merupakan
modal utama mendapatkan lateks, oleh karena itu kulit bidang sadap harus
dipelihara supaya dapat disadap berulang-ulang. Kerusakan kulit pada bidang
sadap bersifat baka, yaitu sekali terjadi kerusakan untuk seterusnya kulit
tersebut akan pulih kembali.
Gejala
penyakit dan kerusakan
Muldirot biasanya timbul pada awal musim hujan
terus menerus berkembang selama musim hujan. Gejala awal penyakit ditandai dengan timbulnya
koloni jamur berbentuk bintik-bintik pada permukaan kulit sepanjang alur sadap.
Binti-bintik tersebut berkembang menjadi satu dan warnanya berubah menjadi
kelabu.
Jamur tumbuh ke
lapisan kulit yang lebihdalam dan merusak lapisan kambium. Akibat kerusakan
lapisan kambium, maka pembentukan kulit pulihan terganggu dan tidak merata.
Kulit yang terbentuk pulau-pulau kayu sangat merugikan, karena kulit pulihan
menjadi tipis dan sulit disadap, sehingga latek tak dapat dikeluarkan secara
maksimum. Dengan demikian, produksi lateks akan terganggu dan umur produktif
tanaman menjadi pendek karena bidang sadapnya rusak.
Penanggulangan
Penyakit
1. Peningkatan teknik
budidaya dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, pengendalian, dan pemilihan
klon yang tahan.
2. Pengobatan dilakukan
dengan fungisida. Untuk mencegah timbulnya resistensi jamur fungisida,
penggunaan fungisida haru digilir setelah pemakaian lebih dari 2 (dua) tahun.
Fungisida yang
baik untuk pemberantasan muldirot adalah : 0,3% Derosal 60 WP. 2% Difolatan 4F.
Pengobatan dilakukan dengan interval satu minggu dan diulang sampai penyakit
sembuh. Penambahn zat pewarna pada fungisida akan memudahkan pengawasan
pengobatan muldirot.
Aplikasi
fungisida hendaknya dilakukan segera setelah penyakit pada bidang sadap
diketahui. Penyadapan pohon karet tidak perlu dihentikan. Untuk mencegah
penularan penyakit pada saat musim muldirot, setiap penyadap disediakan
larutan alkohol 70% atau formalin 4%. Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan
tersebut terlebih dahulu sebelum pindah pohon.
PENYADAPAN
/TAPPING
Penyadapan adalah salah satu kegiatan membuka pembuluh lateks agar lateks
yang berada di dalam pembuluh tanaman karet keluar. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit dengan ketebalan tertentu yang
arahnya tegak lurus dengan pembuluh lateks. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penyadapan adalah produksi yang banyak dan sustain serta biaya
penyadapan murah dan tidak terlalu banyak memakan kulit. Tanaman yang boleh
disadap harus memenuhi kriteria matang sadap yakni :
1) Umur Tanaman
Tanaman karet yang normal umumnya baru
dapat disadap pada umur 4-5 tahun tetapi ini sangat tergantung dengan
lingkungan tempat karet tersebut ditanam. Apabila ditanam di lingkungan yang
kurang baik maka waktu untuk buka sadap bisa saja lebih dari itu. Apabila
tanaman karet di tanam di tempat yang sangat baik dan mendukung pertumbuhan
akan lebih cepat pula waktu buka sadapnya apalagi saat ini banyak terdapat
klon-klon baru yang unggul sudah dapat disadap pada umur <>
2) Lilit Batang
Lilit batang tanaman karet siap buka sadap adalah minimal 45 cm. Pengukuran
lilit batang dilakukan pada saat tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur
pada ketinggian 100 cm di atas pertautan okulasi. Kriteria lainnya adalah
jumlah pohon yang mempunyai diameter lebih dari 45 cm adalah minimal 60% dari
luas kebun.
Persiapan Buka Sadap
1) Penggambaran Bidang Sadap
Pada tanaman
yang sudah dinyatakan memenuhi kriteria matang sadap harus segera digambar
bidang sadapnya. Tujuan dari penggambaran bidang sadap adalah untuk menghemat
pemakaian kulit, menjaga sudut sadapan agar tetap pada kemiringan 40 derajat
dan memudahkan tap inspeksi.
Penggambaran
bidang sadap meliputi :
§ Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm dari pertautan okulasi atau dari kaki
gajah. Ketinggian tersebut
disesuaikan dengan tinggi badan rata-rata orang Indonesia.
§ Arah dan Sudut irisan Sadap
Arah dan sudut irisan sadap sangat mempengaruhi getah yang akan keluar,
sudut 30-40 derajat dan arah irisan sadap harus dari kiri ke kanan bawah.
bertujuan untuk memotong pembuluh lateks tegak lurus agar getah yang
dikeluarkan maksimal. Sudut yang terlalu datar akan menyebabkan aliran lateks
menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai ke mangkok.
§ Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap yang dikenal ada bermacam-macam yaitu S atau spiral
(Irisan miring melingkari batang ), ½ S (Irisan miring sepanjang setengah
spiral), ¼ S (Irisan miring sepanjang seperempat spiral), Panjang irisan sadap
juga mempengaruhi umur sadapan tanaman karet.
§ Bidang sadap
Bidang sadap atau yang lebih dikenal dengan panel tergantung dari model
irisan yang digunakan. Bidang
sadap yang dipakai adalah Bo1, Bo2, Ho1 dan Ho2. Bidang sadap diletakkan
diantara arah timur-barat. Bidang sadap digambar dengan menggunakan mal sadap
dan pisau. Mal sadap berupa plat seng selebar 50-60 cm dengan lebar 6 cm. Saat
ini di kebun-kebun PTPN dan KP Sungei Putih dilakukan penggambaran bidang sadap
untuk penggunaan kulit tiap bulannya dan memudahkan tap inspeksi.
2) Pemasangan Mangkok dan Talang sadap
Pemasangan
Mangkok dan Talang Sadap di KP Sungei Putih dilakukan pada pembukaan sadap
ketiga atau keempat. Mangkok
yang dipakai biasanya berkapasitas 500 cc dan terbuat dari plastik. Mangkok
dipasang pada cincin dari kawat adang dikaitkan dengan tali atau kawat yang
langsung ditancapkan ke batang. Talang adalah sejenis plat yang terbuat dari
seng selebar 2.5 cm dengan panjang 8 cm fungsi dari talang adalah untuk mengalirkan
lateks ke dalam mangkok. Tinggi pemasangan talang adalah 15 cm dari mangkok dan
15 cm dari titik 130 cm (titik buka sadap).
Alasan
pemasangan pada ketinggian tersebut adalah untuk menjaga tetesan lateks tetap
ke mangkok, apabila jarak antara talang dan mangkok terlalu jauh maka apabila
bertiup angin yang kencang tetesaan lateks tidak akan masuk ke mangkok.
Teknis
Penyadapan
Penyadapan karet
untuk diambil getahnya diawali dengan beberapa kali penyadapan.
Penyadapan ke -
I è Membuka bidang sadap dan kedalaman sadap
belum ditentukan
Penyadapan ke -
II è Mendalamkan sadapan serta pemasangan
(Mangkok dan Talang)
Penyadapan ke - III è Menentukan kedalaman sadap, pada tahap ini
produksi sudah
mulai ada tetapi tetesannya belum sampai ke
mangkok.
Penyadapan ke - IV è Mulai pengambilan produksi.
a. Kedalaman Irisan sadap
Kedalaman irisan
sadap akan berpengaruh terhadap panjang usia penyadapan. Jika kedalaman sadap
terlalu dalam maka produksi lateks pada waktu yang akan datang akan menurun.
Penyadapan dilakukan dengan menyisakan kulit sedalam maksimal 1.5 mm dari
kambium atau kayu. Hal ini
dimaksudkan agar tanaman pada usia 25 tahun masih bisa disadap. Penyadapan yang
terlalu dalam (sisa kulit <>
Penyadapan
dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau sadap terdiri dari dua jenis
yaitu Pisau sadap tarik dan Pisau sadap dorong. Pisau sadap tarik
digunakan untuk menyadap batang ke arah bawah (pada panel Bo) (mulai ketinggian
130 cm sampai ke pertautan ukulasi/kaki gajah). Pisau sadap atas digunakan untuk penyadapan ke
arah atas (pada panel Ho).
b. Intensitas dan Waktu Penyadapan
Intensitas
penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan pada waku tertentu. Ada
beberapa jenis intensitas penyadapan yaitu d/2 dan d/3. d/2 berarti tanaman
disadap 2 hari sekali biasanya pada TM 1 dan TM2 serta d/3 berarti tanaman
disadap 3 hari sekali untuk tahun-tahun berikutnya. Intensitas penyadapan tidak
boleh terlalu sering karena hal ini akan menyebabkan tanaman terserang Brown
Bast (BB) atau KAS (Kering Alur Sadap) apabila tanaman sudah terkena penyakit
ini maka produksi akan turun.
Waktu penyadapan
yang paling baik adalah pada pukul antara 04.30-07.30 pagi. Pada waktu-waktu
tersebut diperkirakan tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang
subuh dan akan menurun pada waktu siang hari. Jumlah dan aliran lateks sangat ditentukan oleh
tekanan turgor sel tanaman karet.
Berdasarkan
panjang Irisan, Intensitas dan arah penyadaapan maka dapat disusun macam-macam sistem
sadap. Sistem sadap yang dirangkai sepanjang waktu produksi disebut dengan Sistem
eksploitasi.
Sebagai contoh ½
S á d/3 artinya sistem sadap dengan panjang
irisan sadapnya setengah spiral ke arah atas dan disadap tiga hari sekali.
PASCA
PANEN/PENAMPUNGAN HASIL
Lateks yang
dihasilkan, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh penanganan lateks mulai dari
penyadapan sampai dengan pengolahan. Mutu Bahan Olah Karet dapat dilihat
melalui DRC (Dry Rubber Contain) atau KKK (Kadar karet kering). Semakin
tinggi nilai DRC maka kualitas Bahan Olah Karet akan semakin baik pula.
Untuk memperoleh
bahan olah yang berkualitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
§ Bahan pembeku yang digunakan harus dalam
dosis yang tepat.
§ Tidak ditambah bahan-bahan non karet dalam
pembekuan
§ Tempat penyimpanan harus teduh dan
ternaungi
§ Tidak boleh direndam.
§ Tempat pengumpulan harus terdapat
sirkulasi udara yang baik.
Jenis Bahan Olah
Karet yang dikenal adalah :
1. Lateks
kebun
Lateks kebun
adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M.) melalui
pelukaan kulit, berupa cairan berwarna putih dan berbau segar. Lateks kebun ini
mempunyai komposisi berupa campuran partikel karet dan bahan karet. Bahan bukan
karet berupa protein, karbohidrat, lemak da ion-ion logam yang dapat menjadi
media tumbuh bakteri. Oleh karena itu, penanganan lateks mulai dari pohon
sampai pengangkutan ke pabrik harus dilakukan dengan baik agar bahan olah karet
yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang diinginkan. Prisip penanganan bahan
olah karet diantaranya adalah menjaga kebersihan setiap peralatan yang
digunakan dalam proses penyadapan sampai pengangkutan ke pabrik. Selain itu,
penambahan bahan pengawet juga harus sesuai dengan jenis produk yang akan
dihasilkan penyimpanan lateks kebun adalah dengan menggunakan tangki
berkapasitas 1000 kg dan dicampur dengan 7 kg amonia yang dilarutkan dalam 400
– 600 cc zat anti basi yang berfungsi untuk mencegah koagulasi. Getah yang akan
dimasukkan kedalam tangki adalah getah yang mempunyai DRC 100 yang diukur
dengan Metrolug.
2. Lump
Lump adalah
gumpalan karet di dalammangko sadap atau penampung lain yang diproses dengan
cara penggumpalan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau
penggumpalan alami.Penggumpalan dilakukan dengan menambahkan bahan penggumpal
larutan 5% ke dalam mangko setelah pohon dideres dengan dosis 60 – 80 ml/l
lateks. Produksi per pohon berkisar antara 150 – 350 ml sehingga penambahan
penggumpal per mangko adalah 10 – 25 ml. Labu semprot dan botol air baterai
dapat digunakan untuk keperluan ini, yaitu dengan memencet botol yang berisi
bahan penggumpal. Pemencetan disesuaikan dengan ukuran lobang yang dibuka
(biasanya 1 kali pencet akan keluar 5 ml, jadi cukup dengan 2 – 5 kali pencet).
Penambahan penggumpal lebih baik dilakukan setelah lateks berhenti menetes dari
bidang sadap, sehingga volume setiap mangko lebih mudah ditaksir. Pengutipan
lum mangko di lapangan dapat dilakukan pada sore hari atau pada saat akan
menderes kembali. Lump mangko yang telah terkumpul harus disimpan diatas
anjang-anjang kayu agar air didalam koagulum dapat menetes dan kebersihan lebih
terjaga. Begitu seterusnya sampai saat penjualan.
3. Slab
Slab adalah
gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam
semut atau bahan penggumpal lain atau dari lump mangkok segar yang derekatkan
dengan atau tanpa lateks. Untuk membuat slab, terlebih dahulu lateks kebun
dikutip dan dikumpulkan kemudian digumpalkan dengan bahan penggumpal dengan
dosis seperti pembuatan lump mangkok. Bentuk slab yang di hasilkan tergantung
ukuran dan tempat mencetaknya. Pencetakan dapat dilakukan dalam kotak aluminium
atau kayu atau yang terbuat dari semen atau dapat pula dibuat lobang segi empat
pada tanah tetapi harus dilapisi plastik. Biasanya, ukuran yang banyak
digunakan adalh 40 x 40 x 6 cm, sehingga volume kayu lateks yang digumpalkan
sekitar 15 liter. Slab yang dihasilkan juga harus disimpan seperti lump
mangkok. Slab juga harus dijaga kebersihannya dan jangan sampai menambahkan
bahan pengotor.
Sleb tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lum mangkok yang
dibekukan. Proses pembuatan sleb tipis di TPH (Tempat Penampungan Hasil) adalah
sebagai berikut:
§ Lump disusun rata di dalam bak pembeku
atau bak pembeku saja tanpa lum.
§ Penambahan Coatex SP 5 % ke dalam lateks
kebun dengan dosis 60 ml per liter lalu diaduk.
§ Larutan yang sudah diaduk di tuangkan ke
dalam bak pembeku lalu diaduk merata
§ Lebih kurang 2-3 jam lateks yang sudah
menggumpal diangkat dan disimpan dalam rak penyimpanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar