Selasa, 01 Mei 2012

TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET


re-post by : Herry A Situmorang

TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET



Disampaikan pada :
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara
Medan, 21 Nopember 2008



 

 


PENDAHULUAN


Tanaman karet (Hevea brasilliensis ) adalah merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai peremajaan memakan waktu ± 25 tahun. Hal ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam/bibit tanaman dilakukan sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap perkebunan dan terhadap usaha karet alam nasional.
Bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dll.
Berkat kerja keras para pemulia tanaman karet, telah ditemukan klon-klon berpotensi produksi tinggi seperti klon RRIC 100, IRR 39, IRR 32, PB 330, PB 260, PB 340, BPM 109, IRR 118 dll. Produktivitas klon tersebut akan terwujud sepenuhnya di lapangan jika digunakan bahan tanam yang bermutu baik, serta diikuti dengan penerapan kultur teknik anjuran di lapangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi secara komersial adalah jauh dibawah potensi produksi klon. Produksi riel yang dicapai sekarang adalah 1.000- 1.500 kg karet kering/ha/tahun, sementara potensi klon dapat mencapai ± 2.500 kg karet kering/ha/tahun. Adanya kesenjangan tersebut diakibatkan oleh banyak faktor dan salah satu diantaranya adalah mutu bahan tanam. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang telah dianjurkan, berproduksi tinggi sesuai dengan potensinya, pertumbuhan cepat dan seragam sehingga dapat mempersingkat masa tanaman belum menghasilkan dan produksi pada awal penyadapan adalah tinggi.
Mengikuti norma-norma dan urutan pekerjaan dalam setiap tahap kegiatan dalam pengadaan bahan tanam adalah cara satu satunya untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik. Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah, pengecambahan, pembibitan batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik. Salah satu contoh yang paling nyata ialah jika mutu batang bawah yang dipakai tidak sesuai (dalam hal ini menyangkut mutu fisik, fisiologi dan genetik ), maka walaupun dilakukan okulasi dengan klon anjuran, produksi karet kering yang diperoleh dapat berkurang sebesar 15%-20% dari potensi klonnya. Banyak praktisi kurang menyadari hal ini karena menganggap bahwa hanya dengan melakukan okulasi, sudah dipeloleh bahan tanam bermutu baik.
Untuk mendapatkan bahan tanam yang bermutu baik, dibawah ini akan diuraikan urutan pekerjaan, norma-norma yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaannya serta standar mutu benih yang dihasilkan. Jika semua standar mutu pada setiap kegiatan telah diterapkan, dapat dipastikan bahwa masa TBM menjadi lebih singkat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun. Potensi klon akan terealisasi secara komersial jika digunakan bahan tanam bermutu baik dan dipelihara di lapangan menurut standar kultur teknik.


PEMBIBITAN BATANG BAWAH


Penyiapan lahan bibitan
Persiapan dan pengolahan lahan yang baik akan mendukung dalam menghasilkan bahan tanam yang bermutu. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar bengkok/tidak sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :
§ Lahan rata, jika terpaksa harus menggunakan lahan yang miring maka harus dibuat teras gulud atau rorak untuk memperkecil erosi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan maksimum 3%.
§ Dekat sumber air
§ Jauh dari jangkauan hewan ternak
§ Dekat dengan jalan agar mudah dalam pengangkutan
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dengan menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan mengunakan cangkul (untuk bibitan skala kecil).
  • Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua kali bajak dengan selang waktu tiga minggu dan dua kali garu dengan selang waktu satu minggu pada kedalaman 40-50 cm.
  • Secara manual
Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara mencangkul dengan kedalaman olah 40 cm – 50 cm
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah lahan harus terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan yang disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah pola tanam segi empat jarak tanam 25 cm x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar terdapat 100.000 tegakan
25 cm 50 cm 25 cm
25 cm
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
Skema pola tanam segiempat
Pengumpulan dan Seleksi Biji
Untuk mendapatkan batang bawah yang baik, sumber biji yang digunakan juga harus baik. Biji berasal dari kebun monoklonal yang sudah berumur 10 – 20 tahun. Biji untuk batang bawah dianjurkan oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, PB 260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya mendapat perlakuan sebagai berikut : Satu bulan sebelum buah jatuh areal di bawah pohon dibersihkan dan dibebaskan dengan biji-biji yang lama. Kemudian pengumpulan biji dilakukan secara serentak setiap dua hari sekali. Biji yang sudah terkumpul tidak semuanya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus, untuk itu perlu dilakukan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung dari Pusat Penelitian Karet di Sungei Putih atau dari penangkar benih resmi.
Seleksi biji dapat dilakukan secara manual dan visual dan menggunakan alat pental biji karet. Apabila dilakukan seleksi secara manual maka biji mempunyai ciri sebagai berikut :
  • Warna mengkilat
  • Permukaanya licin
  • Bentuk normal
  • Daya lentingnya tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di lantai
Uji kesegaran secara visual dapat dilakukan dengan cara membelah biji dan diamati endosperm dan kotiledonnya.



Gambar biji yang telah di belah
Biji yang baik mempunyai ciri sebagai berikut :
  • Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih rapat (Kelas I).
  • Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas II).
  • Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek, berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir).
Dalam penyimpanan biji karet kadar air awal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tumbuh biji. Sebaiknya biji yang telah jatuh lebih dari tiga hari, dapat dilakukan perendaman satu malam sebelum disimpan untuk meningkatkan kadar air. Penyimpanan cukup dilakukan di area yang terlindung dari sinar matahari langsung, lama penyimpanan dapat mencapai 1 minggu dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak jauh, pengawetan biji dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji yang lembab. Volume serbuk gergaji yang dipakai 1/2 dari volume biji karet.
Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.



Gambar bedengan persemaian
Pemindahan dan Penanaman Kecambah
Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Stadia kecambah yang telah siap dipindahkan ke lahan bibitan apabila :
  • Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
  • Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
  • Sudah mencapai stadium jarum (umur 14-21 hari)
  • Sebelum ditanam kecambah harus diseleksi yaitu bebas dari dari infeksi jamur akar putih, tidak terserang hama dan pertumbuhan normal.

Gambar stadium kecambah
Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember yang berisi air. Penanaman kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang di padatkan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman, lalu di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau.
Pemeliharaan Tanaman di Bibitan
Pemeliharaan bibitan terdiri dari empat kegiatan yaitu penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat tanaman di bibitan berumur paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan kecambah pertumbuhan stadia jarum.
Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat dilakukan dengan manual (rotasi 1x2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman yang masih muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet.
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit yang sering merusak bibitan karet seperti Colletotrichum dan Helmintsosporium dapat diberi obat Dithane M-45 dengan dosis 2 gram/liter/rotasi (1x2 minggu). Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600 Kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di tutup dengan tanah menggunakan cangkul. Beberapa hama yang sering menyerang bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan tungau untuk menenggulanginya dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang yang tepat seperti Sevin 85S.
Pemberian pupuk ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan dosis pupuk menggunakan pupuk tunggal sebagai berikut :
Umur bibit
(bulan)
Dosis(gram/pohon)
Urea
SP-36
MoP
Kieserit
1
2
2.5
1
1
3
5
6.25
2
1
5
9
11.25
3
4
7
9
11.25
3
4
Sumber ; Balit SP- Puslit Karet, 2004
Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat digunakan sebanyak 5, 10, 15 dan 15 gram/pohon untuk tanaman yangberumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.



PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES
Klon Karet Unggul
Kemajuan penelitian karet selama empat siklus seleksi telah mampu menghasilkan klon karet unggul yang dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Klon penghasil lateks : Klon yang mamiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang.
2. Klon penghasil lateks-kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi.
3. Klon penghasil kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks rendah tetapi hasil kayu sangat tinggi.
Untuk periode tahun 2004 – 2010, telah dirumuskan klon karet anjuran untuk penanaman sebagai berikut :
§ Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.
§ Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.
§ Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Persyaratan pembangunan kebun entres
a. Lokasi kebun entres
Areal yang memenuhi syarat untuk pembangunan kebun entres, sebaiknya memiliki syarat sebagai berikut :
§ Lokasi datar dan tidak tergenang air pada saat hujan, areal dengan kemiringan 3-5% dapat digunakan, tetapi perlu dibuat drainase yang baik
§ Dekat dengan jalan utama agar memudahkan pengangkutan, pengawasan dan pengiriman kayu entres
§ Lahan memiliki sifat fisik yang baik (gembur)
b. Penanaman bibit untuk kebun entres
Bahan tanaman dapat berupa stum mata tidur atau bibit polibeg berpayung satu atau dua. Penanaman dengan stum mata tidur harus pada musim hujan. Pemancangan dilakukan dengan jarak tanam 1x1 m segi empat, kemudian dibuat lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 40 cm. Dalam satu hektar kebun entres memiliki tegakan 8000 – 9000 pohon dan mampu menghasilkan mata tunas lebih kurang 600.000 mata. Setiap klon ditanam dalam satu petak dan diberi nomor, dalam satu petak dapat dibuat 5 baris 40 pohon.
c. Pemeliharaan
  • Penyiangan
Keadaan kebun entres harus bersih dari rerumputan, penyiangan dapat dilakukan secara manual 3 minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3 bulan sekali, menggunakan herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter). Penyemprotan dilakukan setelah tanaman mencapai 5-6 payung.
  • Pemupukan
Dosis yang di berikan secara umum adalah sebagai berikut :
Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan 5 gram Kieserit
Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl dan 10 gram Kieserit
Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk melingkar mengelilingi batang dengan radius 1m dari pohon.
  • Pengendalian penyakit
Sama dengan pengendalian penyakit di pembibitan batang bawah.
  • Pemanenan/pemangkasan
Kayu okulasi hijau di panen pada umur 4-5 bulan dan okulasi coklat umur 10-12 bulan. Pemangkasan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 bulan dengan ketinggian 40-60 cm. Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 3-4 minggu akan muncul tunas baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua sampai tiga cabang. Pemangkasan pada tahun berikutnya lebih kurang 15 cm dari pangkal tunas karangan mata.
  • Peremajaan kebun entres
Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun kemudian dilakukan peremajaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan kebun okulasi yang berumur lebih dari 10 tahun memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan.



Gambar kebun entres/kebun kayu okulasi
OKULASI
Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari klon-klon anjuran pada batang bawah yang terpilih sehingga dapat memberikan hasil sesuai harapan. Pelaksanaan okulasi pada tanaman karet ada dua jenis yang didasarkan pada ukuran diameter batang bawah dan umur batang bawah. Okulasi hijau umur 4-5 bulan dengan diamter 1.1-1.3 cm dan okulasi coklat umur 10-12 bulan dengan diameter 1.5-2.5 cm. Umur entres disesuaikan dengan batang bawah.
Bahan dan Alat yang digunakan untuk okulasi adalah :
  • Kain lap
  • Pisau okulasi
  • Plastik/verban okulasi
  • Kolter/TB 192
  • Gunting stek
Dalam pelaksanaan okulasi ada beberapa tahapan untuk mendapatkan batang bawah yang baik tahapan-tahapan tersebut adalah :
a. Ketersediaan batang bawah yang akan diokulasi
Batang bawah dipersiapkan melalui pembibitan biji (bab sebelumnya) dan baru bisa diokulasi apabila memenuhi syarat pertumbuhan sesuai jenis okulasi.
Untuk pelaksanaan okulasi coklat dapat dilakukan sebagai berikut :
  • Ukuran diameter batang tanaman 1.5-2.5 cm diukur pada ketinggian 5 cm (gbr.1)
  • Pertumbuhan daun payung yang paling atas dalam keadaan tua (gbr.2)
  • Tanaman tidak terserang penyakit












Gambar 1. pengukuran lilit batang dan Gambar 2. keadaan tunas yang siap diokulasi
b. Pembuatan jendela okulasi
Pembuatan jendela okulasi dilakukan pada batang bawah yang telah memasuki kriteria okulasi diatas. Tujuan dari pembuatan jendela okulasi ini adalah untuk menempelkan mata tunas/entres dari klon yang diinginkan. Pembuatan jendela okulasi terdiri dari beberapa langkah yakni :
  • Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir yang dapat mengganggu penyatuan entres dengan batang bawah dengan lap bersih (Gbr.3)
  • Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5 cm dan lebar 1/3 lilit batang bawah pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi (Gbr.4)
  • Membuat potongan melintang pada salah satu ujung garis sejajar yang telah dibuat. Potongan melintang dapat dibuat pada ujung atas untuk bukaan bawah atau ujung bawah garis sejajar untuk bukaan atas. (Gbr.5 dan Gbr.6)













Gbr. (3, 4, 5 dan 6), proses pembuatan jendela okulasi
c. Membuat perisai mata okulasi
Perisai okulasi adalah mata okulasi yang diambil dari batang entres untuk ditempelkan pada jendela okulasi. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
§ Menyiapkan perisai okulasi dari batang entress yaitu dengan mengiris entres yang bermata baik (mata yang berada pada ketiak daun) dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm. Ukuran perisai harus lebih kecil dari jendela okulasi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi udara pada okulasi yang dibuat.
§ Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan sedikit bagian kayu (Gbr.7 dan Gbr. 8)
§ Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik tumbuh putih yang menonjol. Apabila bagian dalam kulitnya berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan perisai tidak boleh ditempelkan ke batang bawah.









Gbr. 7 dan Gbr.8 Penyanyatan perisai okulasi
d. Penempelan perisai mata okulasi
Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka dan perisai okulasi harus dalam keadaan tidak bergerak, lalu jendela okulasi di tekan dan bagian ujung nya dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap dibalut. (Gbr. 8, 9 dan 10)






















Gambar 8, 9, 10 Penempelan perisai okulasi
e. Pembalutan dengan verban okulasi
Agar mata okulasi tidak bergerak dan menempel baik dengan batang bawah serta agar tidak terkena air hujan dan kotoran maka perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik okulasi (Gbr. 11)












Gambar 11. pembalutan dengan verban
f. Pembukaan Verban dan Pemeriksaan Okulasi
Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 hari dan umur 28 hari. Okulasi yang telah berumur 21 hari dibuka verban okulasinya dan diperiksa apakah tunas okulasi hidup atau tidak. Verban dibuka dengan cara memotong verban dengan pisau atau cutter tegak lurus ke arah atas. Potongan harus berada di sebelah belakang bagian okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dengan perisai yang masih hijua apabila digores sedikit dan perisai masih terlihat segar (Gbr. 12 dan 13). Apabila menunjukkan warna hitam dan perisai terlihat membusuk berarti okulasi tidak berhasil. Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa ikatan plastik untuk membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak berhasil. Lebih kurang satu minggu setelah buka verban pemeriksaan yang kedua dilakukan tujuannya untuk benar-benar memastikan keberhasilan okulasi. Keberhasilan okulasi selain ditentukan oleh tenaga kerja okulasi ditentukan juga oleh keadaan cuaca terutama hari hujan.









Gambar 12 dan 13 Okulasi yang hidup
g. Pembongkaran bibit
Apabila ingin dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi jadi, dilakukan penyerongan batang bawah dengan ketinggian 10-15 cm di atas pertautan okulasi menggunakan gergaji serong, dengan kemiringan 45 derajat berlawanan arah mata okulasi dan diolesi dengan kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata okulasi membengkak dilakukan pembongkaran. Setelah tercabut maka akar lateral ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang dipotong sehingga tinggal sepanjang 25-30 cm. Apabila menggunakan dongkrak bibit maka 2-3 minggu sebelum dicabut batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 70 cm dari permukaan tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan batang bawah seperti tersebut di atas disebut dengan stum mata tidur.
h. Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur
§ Stum yang akar tunggangnya terserang jamur akar putih, mata okulasi rusak, akar bercabang banyak (menjari), akar bedenggol atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan tanam. Bila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu atau dua akar yang terkecil dipotong dan lukanya diolesi dengan TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam.
§ Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya dapat dianjurkan sebagai bahan tanam setelah terlebih dahulu ditumbuhkan didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua payung daun.



Gambar 13 dan 14 stum okulasi mata tidur yang baik dan afkir
BIBIT DALAM POLIBEG
Bibit dalam polibeg adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibeg yang mempunyai satu atau dua daun payung, Bibit polibeg dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau dengan pembibitan batang bawah di polibeg. Kelebihan dalam pembibitan di polibeg adalah lebih seragam ketika dipindah ke lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air ketika penyiraman.
Bibit Polibeg dari Stum Mata Tidur
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik didalam polibeg, maka dibutuhkan stum mata tidur yang telah terseleksi sesuai dengan mutu standar. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) yang sudah di campur dengan fosfat alam (rock phospat) sebanyak 25 gram per polibeg, setinggi 2/3 bagian polibeg
  2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
  3. Polibeg disusun dua baris di dalam parit yang sudah disiapkan.
  4. Tanamkan stum mata tidur tepat ditengah polibeg, lalu diisi dengan tanah yang sudah dicampur fosfat alam sedikit demi sedikit sampai leher akar, sambil dipadatkan dengan tangan.
  5. Penyiraman dilakukan secara teratur dan dipupuk setiap bulan sesuai anjuran, yaitu umur 1-3 bulan diberi pupuk Urea = 5 gram/pohon, SP 36 = 6.25 gram/pohon, KCl = 2 gram/pohon dan Kieserit = 2 gram/pohon.
  6. Sangat penting diperhatikan, bahwa semua tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan (mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu.
  7. Bibit dipelihara sampai pertumbuhan tunas mencapai satu payung daun (2 bulan) atau dua payung daun (4 bulan).
  8. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar yang menembus polibeg harus di potong, dan waktu pemindahan terbaik adalah pada saat pertumbuhan dua payung daun tua (mengeras). Jangan lakukan penanaman ke lapangan dalam keadaan tumbuh tunas muda atau daun muda.



Gambar pembibitan stum mata tidur dalam polibeg
Pembibitan Batang Bawah di Polibeg
Selain pembibitan batang bawah di lapangan, penanaman biji untuk batang bawah juga dapat dilakukan langsung di polibeg. Pengokulasian bibit dalam polibeg bertujuan untuk meringankan biaya pengolahan tanah di lapangan. Tahapan pembuatan bibitan polibeg adalah sebagai berikut :
  1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) di campur dengan pupuk fosfat alam sebanyak 50 gram per polibeg.
  2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
  3. Polibeg disusun di dalam parit yang sudah disiapkan
  4. Sebelum dilakukan penanaman kecambah harus di seleksi dan dilakukan penanaman di tengah-tengah polibeg
  5. Bibit batang bawah ini dipelihara sampai umur 6-8 bulan
  6. Bibit diokulasi dalam polibeg dengan posisi jendela okulasi menghadap ke luar.
  7. Setelah okulasi jadi, potonglah batang miring ke arah belakang pada ketingian 10-15 cm di atas pertautan okulasi
  8. Mata okulasi dibiarkan tumbuh dan dipelihara dengan baik sampai satu atau dua payung penuh
  9. Penunasan mata tunas liar dilakukan dua minggu sekali
  10. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar tunggang yang menembus polibeg harus di potong, dan untuk pembibitan langsung di polibeg, waktu pemindahan dapat dilakukan pada stadia pertumbuhan satu payung daun tua.
PENYIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang luasnya relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan manual dan khemis.
Penyiapan lahan secara manual dan kemis
Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat-alat yang digunakan biasanya parang.
Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, kapak besar atau dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.
Penyincangan/perpanjangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau dijadikan bahan bakar batang dipotong sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan sendirinya.
Pembakaran dan peracunan tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak laku dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat busuk. Tunggul yang tertinggal juga diberi racun agar lebih cepat busuk.
Pengumpulan dan Pembakaran ulang
Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang sudah mulai busuk dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang atau dibiarkan membusuk sehingga lahan terlihat bersih. Penyiapan lahan dengan cara manual mempunyai kelemahan yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan atau lebih dan potensi penyakit jamur akar putih tinggi.
Penyiapan Lahan Secara Mekanis Penuh
Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk mengatasi penyakit JAP yang sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis penuh maka sumber infeksi penyakit JAP baik yang berupa tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat disingkirkan dari areal penanaman.
Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dimaksudkan agar tanaman yang ditebang segera akan mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu log atau selainnya. Di wilayah Sumatera Utara umumnya musim kemarau jatuh pada bulan Februari s.d Juni. Tahapan penyiapan lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :
a. Penumbangan dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain saw atau dengan didorong sampai tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu penumbangan dengan chain saw tunggul harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan dalam pembongkaran dan pencabutannya. Pohon karet yang sudah ditumbang kemudian di potong-potong sesuai keperluan misalnya untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai sumber kayu bakar atau sebagai kayu asap.
b. Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul yang disisakan sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10 m. Di beberapa daerah sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian (spot-spot) lalu dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan lahan, untuk mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu dengan penanaman kacangan penutup tanah. Untuk daerah-daerah ber lereng sisa tunggul didorong ke daerah lembahan dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.
c. Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai dan sisa-sisa tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada dalam barisan lagi. Ripper dilakukan dua kali, Ripper pertama dilakukan dengan melintang ke arah Timur-Barat, Ripper kedua ke arah Utara-Selatan. Untuk lahan-lahan yang miring putaran pertama dilakukan ke atas dan kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat yang digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor rantai D6/D8. Kedalaman ripper 50 cm, selang waktu antara ripper I dengan ripper II berselang 2-3 minggu. Setiap kali ripper di ikuti dengan ayap akar. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal ketika pembongkaran. Dalam pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk mengurangi potensi JAP dari sisa akar tanaman karet.
d. Luku (Bajak)
Pekerjaan luku dilakukan dua kali, dengan alat bajak piringan yang ditarik menggunakan traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan distribusi akar serabut tanaman karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling tegak lurus satu sama lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang 2-3 minggu. Setiap kali pembajakan di ikuti dengan ayap akar.
Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah pemusnahannya.
e. Garu (Harrow)
Garu dilakukan 2 kali . Garu pertama ke arah Utara-Selatan dan yang kedua ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah tractor ban yang dilengkapi dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk menggemburkan dan meratakan permukaan tanah. Setiap selesai pekerjaan garu di ikuti dengan ayap akar, selang waktu garu I dengan garu II berselang 2-3 minggu.
f. Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu dengan pembuatan teras, benteng, rorak maupun parit di areal penanaman karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta menyalurkan air dengan kekuatan yang tidak merusak.
Tindakan pengawetan tanah pada budidaya tanaman, didasarkan pada kelas kemiringan lahan yang ada. dibagi ke dalam 4 kelas yaitu :
1. Tanah datar (0-3%)
Tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu drainase untuk menampung dan mengalirkan air yang berlebihan.
2. Tanah bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 4-10% mulai nampak adanya erosi alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pembuatan benteng dan rorak.
3. Tanah berbukit (11-100%)
Pada areal bukit diperlukan pembuatan teras bersambung.
4. Tanah curam (>100%)
Pada tanah curam dengan kemiringan > 100% tidak dianjurkan untuk usaha perkebunan karet. Untuk pengusahaan tanaman karet, kemiringan lahan sampai 47%.
Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan lahan dan jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur semakin jauh. Lebar teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng dengan sudut kemiringan 10o. Pembuatan teras dapat dilakukan secara manual atau dengan mekanis menggunakan traktor rantai D6. Pembuatan teras sebaiknya dimulai dari tempat yang tinggi (puncak bukit). Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam teras dibuat rorak (lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.
g. Pembuatan saluran drainase
Drainase areal sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan areal yang sering kebanjiran. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah. Banyaknya saluran tergantung dari kondisi lahan, ataupun tinggi rendahnya permukaan air tanah. Sebelum membangun saluran drainase harus direncanakan dimana titik pembuangan arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang diperoleh selanjutnya ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan dibuat dan tingkat jaringan saluran yang diperlukan.
Pembangunan Penutup Tanah
Pada areal pertanaman karet rakyat, biasanya gawangan tidak ditanam penutup tanah kacangan. Selama lebih kurang tiga tahun pertama (tajuk tanaman karet belum menutup), petani dianjurkan untuk memanfaatkan gawangan dengan mengusahakan tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung dan lainnya.
Untuk pembangunan penutup tanah, kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria javanica, Calopogonium mucunoides, dan Centrosema pubescens merupakan penutup tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP. Dapat dibangun dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk tanaman karet menutup permukaan tanah.
Selain kacangan campuran konvensional di atas, Calopogonium caeruleum (CC) salah satu jenis yang memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan kacangan konvensional dan melindungi permukaan tanah dari erosi setaraf atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional. Juga berperan menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, jenis ini lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama. Selama masa TM kacangan jenis CC dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah dibanding dengan kacangan konvensional.
Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan adalah Mucuna bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.
Penanaman penutup tanah kacangan.
Penanaman biji kacangan dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak 1 meter di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu telah disingkirkan.
Penanaman di Lapangan
Pemancangan
  • Kegiatan penanaman tanaman karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak tanam dengan kerapatan populasi sekitar 500 s.d 600 pohon/ha. Dengan populasi tersebut, dapat menggunakan jarak tanam pagar 3,3 x 6,0 m atau 2,75 x 6,0 m.
  • Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan. Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi bergelombang berbukit, arah barisan disesuaikan dengan kontur. Pancang kepala dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan barisan tanam. Kompos dan tali atau kawat diperlukan untuk menentukan arah dan jarak tanaman dalam barisan.
Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam
§ Lubang tanam dibuat minimal 1 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah maupun ukurannya, pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 70 x 70 x 60 cm.
§ Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) diletakkan disebelah kanan lubang dan sub soil diletakkan disebelah kiri lubang tanam.
§ Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP dengan dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g. Pemberian pupuk ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan akar karet yang baru ditanam. Pupuk dicampurkan secara merata pada tanah yang akan digunakan untuk menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.
Penanaman karet
§ Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar.
§ Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke lapangan.
§ Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan tinggi polibeg.
§ Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik sudah dibuka.
§ Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.




Gambar Penanaman bibit karet
Pemeliharaan TBM
a. Strip Weeding/Penyiangan
Adalah penyiangan gulma di sekitar bibit yang telah ditanam, tanaman harus bersih dari gulma pada jarak 1m ke arah kanan dan 1 m ke arah kiri. Strip widing dilakukan setiap 1 – 3 bulan sekali tergantung jumlah gulma yang tumbuh. Cara yang digunakan dapat menggunakan herbisida atau secara manual/dengan cangkul atau dengan herbisida Round up/Matador. Tujuan Strip Widing adalah :
§ Menjaga tanaman dari gulma yang dapat merugikan
§ Menghindari tanaman dari penyakit yang dibawa gulma
§ Efisiensi pemupukan
Penyiangan pada areal tanaman karet yang berumur kurang dari satu tahun dilakukan secara manual dengan menyiang rumput secara melingkar di sekitar tanaman dengan radius 50 cm. Selanjutnya tanaman yang sudah berumur lebih dari satu tahun penyiangan dapat dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti jalur penanaman karet dengan jarak 1.5 – 2 meter dari barisan pohon. Penyiangan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Rotasi penyiangan akan tergantung dari kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal dengan laju pertumbuhan gulma yang tinggi, rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, tetapi pada lokasi pertumbuhan gulma yang biasa, rotasi penyiangan dapat dilakukan 3 minggu sekali.
b. Penunasan/Pewiwilan
Setelah usia tanaman 1-3 bulan harus dilakukan pengontrolan yaitu pengamatan terhadap kondisi tanaman terutama daun/tunas yang kurang tumbuhnya kurang baik. Setelah tahap ini dilakukan tahap selanjutnya adalah penunasan/pewiwilan. Tujuan dari penunasan adalah untuk mendapatkan tanaman yang baik/subur dengan bentuk batang yang tegak/lurus dan kulit batang mulus. Tunas yang dipotong adalah tunas yang kurang baik tumbuhnya, bisa berupa tunas samping atau tunas atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan adalah :
§ Tunas-tunas liar yang tumbuh di luar mata okulasi dihilangkan dengan pisau sampai pangkal tunas.
§ Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas samping diwiwil sampai 2.5 m dari permukaan tanah.
§ Frekuensi penunasan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada tahun pertama setelah penanaman.
c. Penyisipan/penyulaman
Adalah penggantian tanaman yang mati akibat penyakit atau akibat kerusakan lainnya dengan tanaman yang baru (tautan usianya tidak jauh berbeda). Sebelum penyisipan harus dilakukan inventarisasi terlebih dahulu, inventarisasi adalah pendataan tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Biasanaya karena patah batang, serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP), kanker garis. Presentase keberhasilan tanaman ulang adalah 98.5% sedangkan sisanya (1.5%) biasanya harus di sisip.
d. Perangsangan percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap. Tanaman muda yang demikian, pada bagian ujungnya mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk tidak simetris. Keadaan cabang seperti tersebut di atas akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara dua setengah sampai tiga meter dari atas pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih cepat terbentuk.
1. Pembuangan ujung tunas
Kurang lebih pada ketinggian 2m – 3m dari pertautan okulasi, tunas muda yang baru tumbuh di atas daun payung teratas dibuang dengan jalan dipotes atau di gunting.
2. Penutupan ujung tunas
Ujung tunas muda yang baru tumbuh serta masih berdaun merah dan lemas, ditutup atau dikerudungi dengan kertas atau kain yang sudah dicelup dengan parafin. Setelah tujuh hari, daun-daun yang tadinya berwarna merah, telah mengeriput dan tiadak berkembang.
3. Pengguguran daun (perompesan)
Payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 – 2 tahun dirompes seluruhnya. Tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh.
4. Pemenggalan batang
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,5 – 3 tahun sedikit di atas kumpulan mata. Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 1 – 24 bulan, dimana pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih lima meter. Pemenggalan dilakukan pada waktu awal musim hujan.
Perawatan Tanaman Menghasilkan
a. Strip Weeding/penyiangan
Strip widding adalah menyiangi areal selebar 1 m pada sisi kanan dan 1 m pada sisi kiri pohon karet dari gulma atau tanaman pengganggu. Gulma yang tumbuh disekitar pohon karet akan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap pohon karet. Pengaruh yang kurang baik itu adalah :
§ Menjadi kompetitor tanaman karet untuk mendapatkan unsur hara, udara dan tempat tumbuh.
§ Mengganggu dalam pemupukan tanaman karet.
§ Menurunkan produksi karet kering
§ Sebagai tempat persembunyian berbagai macam hama tanaman karet ada juga gulma yang berperan sebagai inang penyakit pada tanaman karet.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan gulma pada gawangan tanaman, dapat dilakukan dengan penanaman penutup tanah kacangan. Penanaman kacangan ini berfungsi selain untuk mengurangi laju pertumbuhan gulma juga untuk mencegah erosi dan menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Pertumbuhan kacangan yang cepat akan menekan pertumbuhan gulma. Sebagi konsekuensi dari pertumbuhan kacangan yang cepat maka harus dilakukan rotasi pengendalian kacangan dengan frekuensi yang lebih sering, karena apabila terlambat pengendaliannya tanaman kacangan akan melilit batang pohon karet.
Pemupukan
Salah satu aspek yang penting dalam hal pertumbuhan dan peningkatan produktivitas tanaman karet adalah pemupukan. Pemupukan harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) tepat waktu, (2) tepat cara dan (3) tepat dosis, apabila tiga syarat ini tidak ditepati maka produksi akan kurang optimal. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan ketika tanaman sedang membentuk daun muda.
Umur (tahun)
Cara pemberian pupuk
0 – 2
Ditebar merata secara melingkar di sekeliling pohondengan radius (r) = 25 – 100 cm.
3 – 4
Ditebar merata secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 100 – 150 cm dari pohon.
≥ 5
Ditebar secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 150 – 200 cm dari pohon.
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM kurang dari satu tahun
Umur
(Bulan)
g/phn
Tanah Subur
Tanah Kurang Subur
Urea
TSP
RP
KCl
Kies
Urea
TSP
RP
KCl
Kies
0
-
-
250*
-
-
-
-
250*
-
-
2
25
-
-
-
-
25
-
-
-
-
4
25
60
-
20
10
25
75
-
25
25
6
40
-
-
30
-
50
-
-
50
-
9
60
60
-
50
20
75
75
-
75
25
12
75
-
-
-
-
100
-
-
-
-
Jumlah
225
120
250
100
30
275
150
250
150
50
*) pupuk lobang/dasar
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM 2 tahun s/d 5 tahun
Umur (thn)
g/phn/th
Urea
TSP
MoP
Kies
2
3
4
5
250
250
300
300
175
200
200
200
200
200
250
250
75
100
100
100
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TM
Umur (thn)
g/phn/th
Urea
TSP
MoP
Kies
6 – 15
16 – 20
> 20*
350
300
200
200
150
-
300
250
150
75
75
-
*) Sampai dua tahun sebelum replanting.
Sumber : Puslit Karet-Medan
Untuk mengurangi hilangnya pupuk karena erosi dan run off maka aplikasi pupuk harus benar-benar diperhatikan, sebaiknya pupuk yang mudah menguap (urea) harus dibenam bukan di tabur. Untuk daerah yang berlereng aplikasi pupuk seluruhnya harus dibenam (pocket) tujuannya agar tidak terbawa erosi. Waktu pemupukan dilakukan pada saat tanaman flush (daun muda mulai tumbuh).
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama Rayap
Untuk penanaman baru bekas hutan primer/skunder umumnya tidak dilakukan pengolahan tanah. Biasanya setelah umur 1 tahun selalu mendapat gangguan hama rayap yang bersumber dari bekas tunggul. Jika terjadi serangan pemberantasannya dapat dilakukan dengan insektisida Basudin 60 EC, Diazinon 60 EC dalam larutan dengan konsentrasi 0,2 – 0,4% dan disiramkan ke tanaman dengan jari-jari 20 cm.
Penyakit daun Oidium
Penyakit daun Oidium disebabkan oleh jamur heveae Serangan Oidium yang terjadi pada saat pertumbuhan daun muda dapat menyebabkan daun gugur kembali. Gejala ini dikenal sebagai gugur daun sekunder (SLF). Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan musim kering panjang akan mengalami serangan Oidium yang berat. Serangan Oidium berulang selama terjadi pembentukan daun muda terserang oleh penyakit lain.
Gejala penyakit dan kerusakan
Pada daun muda yang sedang berkembang akan timbul bercak-bercak putih kekuningan dan dalam waktu singkat bercak membesar disertai dengan pertumbuhan benang jamur mencuat ke permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih seperti tepung. Spora tersebut akan mudah terlepas dan tersebar oleh tiupan angin.
Daun yang mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan diikuti dengan gugur daun. Gugur daun yang terus menerus dapat menyebabkan mati pucuk dan turunnya produksi lateks. Pada TBM dan bibitan, serangan Oidium dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan bahkan kematian tanaman.
Bila daun tidak gugur, Oidium menyebabkan cacat daun atau bercak hitam dengan bentuk tak beraturan. Oidium yang tertinggal pada daun tua merupakan sumber penularan pada musim kering berikutnya.
Penanggulangan penyakit
Pemberantasan Oidium dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang Cirrus) dapat mengurangi kerusakan tanaman. Perbedaaan dilakukan pada awal pembentukan daun-daun baru sebanyak 3 – 6 rotasi interval 5 – 7 hari dengan menggunakan alat penyerbukan (blower) berkekuatan tinggi dengan dosis 4 – 6 kg belerang/ha/rotasi. Untuk pembibitan dapat digunakan alat pendebuan portable
Penyakit daun Colletotrichum
Penyakit gugur daun Colletotrichum desebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporioides yang juga penyebab gugur daun sekunder (SLF). Serangan Colletotrichum pada klon yang rentan dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi pembentukan pucuk-pucuk baru dalam musim penghujan.
Klon yang menggugurkan daun-daunnya tidak serempak akan mengalami serangan penyakit yang terus menerus sehingga produksi lateks turun secara nyata. Serangan pada bibitan dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan sehingga dapat memperpanjang masa tidak produktif.
Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit gugur daun Colletotrichum dapat menyerang tanaman pada segala tingkat umur. Serangan penyakit dimulai pada saat terjadi pembentukan daun muda setelah musim meranggas. Daun yang sangat muda bila terserang penyakit akan melinting dan berubah warna menjadi hitam seperti daun teh kering, sehingga ujung tunas menjadi gundul. Bila terjadi infeksi jamur pada daun yang lebih tua, maka timbul bintik-bintik hitam yang tumbuh membesar mengikuti pertumbuhan daun.
Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi akan menyebabkan cacat daun. Daun yang sudah berwarna hijau muda berumur lebih dari dua minggu akan terhindar dari pengguguran.
Penangulangan penyakit.
1. Menanam klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, antara lain PR 261, RRIC 100 dan PB 260.
2. Untuk pembibitan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida : 0,3% Dithane M 45 atau 0,2% Daconil 75 WP. Penyemprotan dilakukan pada saat pertumbuhan daun muda, mulai dari pembentukkan tunas sampai daun berwarna hijau muda sebanyak 3 – 4 rotasi dengan interval waktu 5 hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari 10 ha, penyemprotan dengan Mist blower lebih efisien daripada penggunaan Knapsak sprayer. Untuk tanaman belum mengahasilkan (TBM) aplikasi fungisida dilakukan dengan Mist blower ; sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM) aplikasi fungisida dilakukan secara pengabutan (fogging) dengan mesin pengabut (fogger) dengan carrier minyak disel atau minyak Shell (Shell fogging oil) ditambah dengan emulgator. Pengendalian penyakit dilakukan pada saat pembentukan daun-daun baru setelah masa meranggas. Dosis penyemprotan tergantung pada besar (umur) tanaman. Untuk bibitan dan tanaman muda (TBM) cukup 1,5 kg Dithane M 45 atau 1 kg Daconil WP per hektar/rotasi.
Penyakit daun Corynespora
Penyakit daun Corynespora disebabkan Corynespora cassiicola. Pada klon-klon yang peka, Corynespora dapat menyebabkan gugur daun sepanjag tahun sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, produksi lateks bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.
Gejala penyakit dan kerusakan
Corynespora cassiicola dapat menyerang daun tua maupun daun muda. Pada daun muda biasanya jamur tidak membentuk bercak yang jelas, tetapi anak daun (helaian daun) berubah warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau langsung gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur kemudian. Pada daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak coklat tua sampai hitam dimana urat-urat daun tampak lebih gelap dari pada sekelilingnya sehingga bercak tersebut tampak menyirip seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas buram. Apabila patogen menginfeksi tangkai daun dengan bercak hitam, maka daun gugur bersama tangkainya.
Tanaman yang terus menerus terserang Corynespora cassiicola tak pernah berdaun lebat secara berangsur-angsur mengalami mati pucuk (dieback) sehingga akhirnya tanaman mati.
Penanggulangan penyakit
Pemberantasan sebaiknya dilakukan pada awal serangan. Untuk tanaman menghasilkan (TM) yang tingginya lebih dari 6 m dan sulit disemprot, sebaiknya digunakan penggabutan (fogging) dengan fungisida 0,6 kg/ha Dithane M 45 + emulgator atau 1 – 1,5 kg/ha Calixin 750 EC dalam minyak disel atau minyak Shell (Shek fogging oil). Penyemprotan/pengabutan dilakukan selama masa pertumbuhan daun muda sebanyak 4 – 6 kali dengan interval 1 (satu) minggu.
Penyakit Akar Putih
Penyakit Akar Putih disebabkan jamur Rigidoposus lignosus (Syn : Fomes lignosus) yang lebih dikenal dengan nama jamur akar putih (JAP). JAP merupakan penyebab penyakit yang paling banyak menimbulkan kerugian pada perkebuanan karet karena dapat menyebabkan kematian langsung sehingga produksi lateks akan menurun. Biaya penanggulangan dan pengobatan JAP cukup besar sehingga dapat menaikkan biaya produksi.
Gejala penyakit dan kerusakan
JAP dapat menyerang pada semua tingkat umur tanaman, mulai dari bibit sampai tanaman tua. Pucuk serangan biasanya terjadi pada tanaman umur 3 – 4 tahun. JAP menyerang bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah, baik akar cabang maupun akar tunggang.
Gejala penyakit baru nampak ke permukaan apabila penyakitnya sudah parah, yaitu gejala menguningnya sebagian perdaunan atau cabang. Adakalanya tanaman muda mati mendadak dengan gejala mengeringnya daun-daun yang masih utuh pada tajuk. Untuk mengetahui gejala awal harus dilakukan pemeriksaan akar dengan cara membuka/menggali bagian leher akar.
Gejala JAP ditandai dengan adanya petumbuhan miselium jamur pada permukaan kulit akar. Miselium tersebut berwarna putih dan tumbuh bersatu membentuk jaringan yang tebal dan disebut rizomorf. Pada mulanya jamur hanya melekat pada permukaan akar, kemudian menembus jaringan akar dan merusak jaringan pembuluh sehingga proses pengangkutan air dan hara terhambat. Selanjutnya tanaman mengalami kekurangan hara dan air. Dengan membusuknya akar tungang, tanaman menjadi mudah tumbang.
Penangulangan Penyakit
1. Penanggulangan secara tidak langsung melalui teknik antara lain :
a. Melakukan pengolahan tanah secara mekanis untuk menyingkirkan tunggul dan perakaran tanaman karet tua yang menjadi infeksi JAP pada peremajaan maupun pembukaan kebun baru.
b. Menanam kacang-kacangan penutup tanah supaya sisa-sisa akar di dalam tanah cepat hancur.
c. Seleksi bibit ketat. Gunakan bibit sehat, bebas dari infeksi JAP.
d. Memeriksa adanya tanaman sakit sejak dini (umur 1 tahun) dengan rotasi pemeriksaan 3 bulan sekali
d. Membuat parit isolasi antara kompleks tanaman sakit dengan pertanaman yang sehat dengan lebar 30 cm dan kedalaman 30 – 60 cm, tergantung pada kedalaman solum atau membongkar semua tanaman yang sakit dan tidak tertolong lagi.
2. Pengobatan dengan Fungisida
a. Pengobatan dengan cara pelumasan
Pengobatan dilakukan dengan cara membuka bagian leher akar yang sakit, dan kemudian dilumasi dengan fungisida yang mengandung bahan aktif 20% PCNB (Shell collar protectant, Formac 2) yang baik bila dilakukan pada awal serangan. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan estela 12 bulan, dan pengobatan diulang apabila terjadi infeksi kembali. Akar-akar samping yang membusuk dipotong. Sumber infeksi yang terdapat di kebun dibongkar dan dimusnahkan.
b. Pengobatan dengan cara penyiraman
Untuk tanaman muda (TBM), terutama yang umurnya kurang lebih 2 tahun, pengobatan dapat dilakukan dengan cara menyiramkan larutan fungisida disekitar leher akar. Pengobatan diulang setelah 6 bulan. Fungisida yang dapat digunakan adalah :
a. Bayleton 250 EC, dosis 10 ml/1 air/pohon
b. Bayfidan 250 EC, dosis 5 ml/1 air/pohon
c. Anvil 50 SC, dosis 10 ml/1 air/pohon
d. Alto 100 SL, dosis 2,5 ml/1 air/pohon
3. Pengendalian dengan cara biologis
Pemberantasan cara biologis dengan memanfaatkan Trichoderma sp dipadukan dengan pemberian belerang memberikan hasil yang sangat memuaskan dan dapat dianggap sebagai cara pemberantasan JAP yang murah, mudah dan efisien serta dapat mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk tanaman karet di polibeg, pengobatan dilakukan dengan cara menaburkan 25 g Trichoderma. Sedangkan pada tanaman muda umur 0 – 4 tahun dosis Trichoderma adalah 100g/pohon. Selain untuk pengobatan, Trichoderma dapat juga digunakan untuk pencegahan dengan dosis aplikasi 50 g/pohon. Trichoderma diperdagangkan dengan nama Triko sp+ Produk Balai Penelitian Sungei Putih.
Penyakit Jamur Upas
Penyakit Jamur Upas atau pink disease disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Serangan jamur upas umumnya terjadi pada tanaman muda berumur 3 – 7 tahun, begitupun tidak tertutup kemungkinan bagi tanaman lebih muda atau tua terserang penyakit ini. Serangan penyakit berkurang setelah tajuk saling menutup. Jamur upas dapat menyebabkan kematian cabang-cabang utama sehingga kehilangan tajuk.
Gejala penyakit dan kerusakan
Serangan penyakit umumnya dimulai pada percabangan utama. Jamur tumbuh pada pangkal cabang, membentuk lapisan benang miselium yang mirip sarang laba-laba. Pada awal pertumbuhan, lapisan miselium berwarna putih, kemudian berubah menjadi merah jingga sejalan dengan bertambahnya umur. Oleh karena itu, penyakit ini juga disebut pink disease. Selanjutnya, jaringan miselium pecah-pecah dan bintik-bintik hitam diikuti dengan pecahnya kulit kayu dan pembuluh lateks sehingga menyebabkan melelehnya lateks pada batang. Lelehan lateks yang mengering akan menjadi hitam. Pembusukan kulit akan menjalar ke atas atau ke bawah dari tempat asalanya. Kematian cabang dipercepat oleh serangga-serangga penggerek, sehingga cabang tersebut mudah patah bila diterpa angin.
Penanggulangan Penyakit
1. Tanaman agar diperiksa ketat pada masa TBM
2. Pengobatan dilakukan dengan melumas bagian kulit ditumbuhi jamur dengan fungisida Calixin RM atau 2% Difolatan 4F. Pengerokan kulit tidak perlu dilakukan.
3. Pemangkasan cabang yang telah mati atau yang tidak mungkin diobati untuk mengurangi sumber infeksi. Bekas potongan cabang agar dimusnakan atau dibakar.
Penyakit Neokrosis Kulit
Penyakit Neokrosis Kulit atau dikenal dengan nama Bark necrosis (BN) disebabkan oleh jamur Fusarium sp yang berasosiasi dengan Botrydiplodia sp. Penyakit BN menyebabkan kerusakan kulit pada bidang sadap. Kerusakan dapat berlanjut pada semua bagian kulit batang, mulai kaki gajah sampai ke percabangan. Serangan BN biasanya diikuti oleh serangan-serangan penggerek (Xyleborus mascarensis) dan Platypus cupulatus serta jamur Ustulina sehingga mempercepat kematian tanaman.
Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit BN pada umumnya terjadi pada tanaman yang sudah disadap (TM). Gejala awal dimulai dengan timbulnya bercak coklat, seperti memar pada permukaan kulit. Penyakit berkembang pada lapisan kulit dalam. Apabila sudah parah, penyakit akan merusak lapisan kambium, bahkan sering sampai ke lapisan kayu. Akibatnya kulit pecah dan terjadi pendarahan (pembuluh lateks pecah). Kerusakan cambium dapat menyebabkan kulit ulihan tumbuh tidak merata, sehingga menyulitkan penyadapan ulang berikutnya, atau sama sekali tidak dapat disadap lagi karena tanaman mati atau tumbang. Akibatnya jumlah pohon berkurang dan produksi lateks turun secara drastis.
Pada klon-klon tertentu, seperti GT 1, AVROS 2037, GYT 577, RRIM 703, serangan BN bisa mencapai lebih dari 30% dari tegakan perblok dan serangan penyakit dapat terjadi berulang-ulang.
Faktor-faktor pendukung serangan penyakit
1. Penyakit dapat berkembang sepanjang tahun. Pada perubahan musim kering ke musim hujan, pada saaat terjadi hujan kecil, intensitas penyakit dapat meningkat dengan pesat.
2. Penyakit pada umumnya timbul pada tanaman yang sudah disadap. Penyadapan yang terlalu berat ( 1/2 S d/2) tanpa diikuti dengan pemupukan yang memadai dapat menurunkan ketahanan terhadap penyakit.
3. Stimulan etefon pada tanaman karet dalam kondisi lemah dapat memacu terjadinya BN.
Penanggulangan Penyakit
1. Pemeriksaaan tanaman dari pohon ke pohon dalam periode tertentu mengetahui serangan awal penyakit perlu dilakukan, terutama pad ablok yang perna terjangkit penyakit BN.
2. Pengobatan dilakukan dengan 2% Difolatan 4F atau Calixin RM. Lapisan luar yang terserang penyakit harus dikerok tipis supaya fungisida yang dilumaskan dapat meresap ke bagian kulit yang sakit. Pengerokan diusahakan tidak sampai merusak lapisan kambium. Pengobatan pada awal serangan akan menghemat pemakaian tenaga dan biaya.
3. Jika penyakit BN diikuti serangan-serangan penggerek, maka penggereknya harus diberantas dengan cara penyemprotan lubang(terowongannya) dengan 0,2% Diieldrin 20 EC atau insektisida lain yang mempunyai eek residu lebih lama.
4. Intensitas sadap diturunkan dan sti,ulan etefon dihentkan pada pohon-pohon yang menderita BN.
Penyakit Muldirot
Penyakit Muldirot (Mouldy Rot) disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata. Penyakit Muldirot merupakan penyakit yang paling umumpada bidang sadap tanaman karet. Jamur menyerang kulit yang terbuka akibat luka sadap. Serangan dapat berlanjut dan merusak lapisan kambium sehingga proses pembentukankulit pulihan terganggu. Akibatnya kulit pulihan tak dapat disadap kembali pada periode penyadapan berikutnya.
Kulit merupakan modal utama mendapatkan lateks, oleh karena itu kulit bidang sadap harus dipelihara supaya dapat disadap berulang-ulang. Kerusakan kulit pada bidang sadap bersifat baka, yaitu sekali terjadi kerusakan untuk seterusnya kulit tersebut akan pulih kembali.
Gejala penyakit dan kerusakan
Muldirot biasanya timbul pada awal musim hujan terus menerus berkembang selama musim hujan. Gejala awal penyakit ditandai dengan timbulnya koloni jamur berbentuk bintik-bintik pada permukaan kulit sepanjang alur sadap. Binti-bintik tersebut berkembang menjadi satu dan warnanya berubah menjadi kelabu.
Jamur tumbuh ke lapisan kulit yang lebihdalam dan merusak lapisan kambium. Akibat kerusakan lapisan kambium, maka pembentukan kulit pulihan terganggu dan tidak merata. Kulit yang terbentuk pulau-pulau kayu sangat merugikan, karena kulit pulihan menjadi tipis dan sulit disadap, sehingga latek tak dapat dikeluarkan secara maksimum. Dengan demikian, produksi lateks akan terganggu dan umur produktif tanaman menjadi pendek karena bidang sadapnya rusak.
Penanggulangan Penyakit
1. Peningkatan teknik budidaya dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, pengendalian, dan pemilihan klon yang tahan.
2. Pengobatan dilakukan dengan fungisida. Untuk mencegah timbulnya resistensi jamur fungisida, penggunaan fungisida haru digilir setelah pemakaian lebih dari 2 (dua) tahun.
Fungisida yang baik untuk pemberantasan muldirot adalah : 0,3% Derosal 60 WP. 2% Difolatan 4F. Pengobatan dilakukan dengan interval satu minggu dan diulang sampai penyakit sembuh. Penambahn zat pewarna pada fungisida akan memudahkan pengawasan pengobatan muldirot.
Aplikasi fungisida hendaknya dilakukan segera setelah penyakit pada bidang sadap diketahui. Penyadapan pohon karet tidak perlu dihentikan. Untuk mencegah penularan penyakit pada saat musim muldirot, setiap penyadap disediakan larutan alkohol 70% atau formalin 4%. Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan tersebut terlebih dahulu sebelum pindah pohon.
PENYADAPAN /TAPPING
Penyadapan adalah salah satu kegiatan membuka pembuluh lateks agar lateks yang berada di dalam pembuluh tanaman karet keluar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit dengan ketebalan tertentu yang arahnya tegak lurus dengan pembuluh lateks. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyadapan adalah produksi yang banyak dan sustain serta biaya penyadapan murah dan tidak terlalu banyak memakan kulit. Tanaman yang boleh disadap harus memenuhi kriteria matang sadap yakni :
1) Umur Tanaman
Tanaman karet yang normal umumnya baru dapat disadap pada umur 4-5 tahun tetapi ini sangat tergantung dengan lingkungan tempat karet tersebut ditanam. Apabila ditanam di lingkungan yang kurang baik maka waktu untuk buka sadap bisa saja lebih dari itu. Apabila tanaman karet di tanam di tempat yang sangat baik dan mendukung pertumbuhan akan lebih cepat pula waktu buka sadapnya apalagi saat ini banyak terdapat klon-klon baru yang unggul sudah dapat disadap pada umur <>
2) Lilit Batang
Lilit batang tanaman karet siap buka sadap adalah minimal 45 cm. Pengukuran lilit batang dilakukan pada saat tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian 100 cm di atas pertautan okulasi. Kriteria lainnya adalah jumlah pohon yang mempunyai diameter lebih dari 45 cm adalah minimal 60% dari luas kebun.
Persiapan Buka Sadap
1) Penggambaran Bidang Sadap
Pada tanaman yang sudah dinyatakan memenuhi kriteria matang sadap harus segera digambar bidang sadapnya. Tujuan dari penggambaran bidang sadap adalah untuk menghemat pemakaian kulit, menjaga sudut sadapan agar tetap pada kemiringan 40 derajat dan memudahkan tap inspeksi.
Penggambaran bidang sadap meliputi :
§ Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm dari pertautan okulasi atau dari kaki gajah. Ketinggian tersebut disesuaikan dengan tinggi badan rata-rata orang Indonesia.
§ Arah dan Sudut irisan Sadap
Arah dan sudut irisan sadap sangat mempengaruhi getah yang akan keluar, sudut 30-40 derajat dan arah irisan sadap harus dari kiri ke kanan bawah. bertujuan untuk memotong pembuluh lateks tegak lurus agar getah yang dikeluarkan maksimal. Sudut yang terlalu datar akan menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai ke mangkok.
§ Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap yang dikenal ada bermacam-macam yaitu S atau spiral (Irisan miring melingkari batang ), ½ S (Irisan miring sepanjang setengah spiral), ¼ S (Irisan miring sepanjang seperempat spiral), Panjang irisan sadap juga mempengaruhi umur sadapan tanaman karet.
§ Bidang sadap
Bidang sadap atau yang lebih dikenal dengan panel tergantung dari model irisan yang digunakan. Bidang sadap yang dipakai adalah Bo1, Bo2, Ho1 dan Ho2. Bidang sadap diletakkan diantara arah timur-barat. Bidang sadap digambar dengan menggunakan mal sadap dan pisau. Mal sadap berupa plat seng selebar 50-60 cm dengan lebar 6 cm. Saat ini di kebun-kebun PTPN dan KP Sungei Putih dilakukan penggambaran bidang sadap untuk penggunaan kulit tiap bulannya dan memudahkan tap inspeksi.
2) Pemasangan Mangkok dan Talang sadap
Pemasangan Mangkok dan Talang Sadap di KP Sungei Putih dilakukan pada pembukaan sadap ketiga atau keempat. Mangkok yang dipakai biasanya berkapasitas 500 cc dan terbuat dari plastik. Mangkok dipasang pada cincin dari kawat adang dikaitkan dengan tali atau kawat yang langsung ditancapkan ke batang. Talang adalah sejenis plat yang terbuat dari seng selebar 2.5 cm dengan panjang 8 cm fungsi dari talang adalah untuk mengalirkan lateks ke dalam mangkok. Tinggi pemasangan talang adalah 15 cm dari mangkok dan 15 cm dari titik 130 cm (titik buka sadap).
Alasan pemasangan pada ketinggian tersebut adalah untuk menjaga tetesan lateks tetap ke mangkok, apabila jarak antara talang dan mangkok terlalu jauh maka apabila bertiup angin yang kencang tetesaan lateks tidak akan masuk ke mangkok.
Teknis Penyadapan
Penyadapan karet untuk diambil getahnya diawali dengan beberapa kali penyadapan.
Penyadapan ke - I è Membuka bidang sadap dan kedalaman sadap belum ditentukan
Penyadapan ke - II è Mendalamkan sadapan serta pemasangan (Mangkok dan Talang)
Penyadapan ke - III è Menentukan kedalaman sadap, pada tahap ini produksi sudah
mulai ada tetapi tetesannya belum sampai ke mangkok.
Penyadapan ke - IV è Mulai pengambilan produksi.
a. Kedalaman Irisan sadap
Kedalaman irisan sadap akan berpengaruh terhadap panjang usia penyadapan. Jika kedalaman sadap terlalu dalam maka produksi lateks pada waktu yang akan datang akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan menyisakan kulit sedalam maksimal 1.5 mm dari kambium atau kayu. Hal ini dimaksudkan agar tanaman pada usia 25 tahun masih bisa disadap. Penyadapan yang terlalu dalam (sisa kulit <>
Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau sadap terdiri dari dua jenis yaitu Pisau sadap tarik dan Pisau sadap dorong. Pisau sadap tarik digunakan untuk menyadap batang ke arah bawah (pada panel Bo) (mulai ketinggian 130 cm sampai ke pertautan ukulasi/kaki gajah). Pisau sadap atas digunakan untuk penyadapan ke arah atas (pada panel Ho).
b. Intensitas dan Waktu Penyadapan
Intensitas penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan pada waku tertentu. Ada beberapa jenis intensitas penyadapan yaitu d/2 dan d/3. d/2 berarti tanaman disadap 2 hari sekali biasanya pada TM 1 dan TM2 serta d/3 berarti tanaman disadap 3 hari sekali untuk tahun-tahun berikutnya. Intensitas penyadapan tidak boleh terlalu sering karena hal ini akan menyebabkan tanaman terserang Brown Bast (BB) atau KAS (Kering Alur Sadap) apabila tanaman sudah terkena penyakit ini maka produksi akan turun.
Waktu penyadapan yang paling baik adalah pada pukul antara 04.30-07.30 pagi. Pada waktu-waktu tersebut diperkirakan tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang subuh dan akan menurun pada waktu siang hari. Jumlah dan aliran lateks sangat ditentukan oleh tekanan turgor sel tanaman karet.
Berdasarkan panjang Irisan, Intensitas dan arah penyadaapan maka dapat disusun macam-macam sistem sadap. Sistem sadap yang dirangkai sepanjang waktu produksi disebut dengan Sistem eksploitasi.
Sebagai contoh ½ S á d/3 artinya sistem sadap dengan panjang irisan sadapnya setengah spiral ke arah atas dan disadap tiga hari sekali.
PASCA PANEN/PENAMPUNGAN HASIL
Lateks yang dihasilkan, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh penanganan lateks mulai dari penyadapan sampai dengan pengolahan. Mutu Bahan Olah Karet dapat dilihat melalui DRC (Dry Rubber Contain) atau KKK (Kadar karet kering). Semakin tinggi nilai DRC maka kualitas Bahan Olah Karet akan semakin baik pula.
Untuk memperoleh bahan olah yang berkualitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
§ Bahan pembeku yang digunakan harus dalam dosis yang tepat.
§ Tidak ditambah bahan-bahan non karet dalam pembekuan
§ Tempat penyimpanan harus teduh dan ternaungi
§ Tidak boleh direndam.
§ Tempat pengumpulan harus terdapat sirkulasi udara yang baik.
Jenis Bahan Olah Karet yang dikenal adalah :
1. Lateks kebun
Lateks kebun adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M.) melalui pelukaan kulit, berupa cairan berwarna putih dan berbau segar. Lateks kebun ini mempunyai komposisi berupa campuran partikel karet dan bahan karet. Bahan bukan karet berupa protein, karbohidrat, lemak da ion-ion logam yang dapat menjadi media tumbuh bakteri. Oleh karena itu, penanganan lateks mulai dari pohon sampai pengangkutan ke pabrik harus dilakukan dengan baik agar bahan olah karet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang diinginkan. Prisip penanganan bahan olah karet diantaranya adalah menjaga kebersihan setiap peralatan yang digunakan dalam proses penyadapan sampai pengangkutan ke pabrik. Selain itu, penambahan bahan pengawet juga harus sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan penyimpanan lateks kebun adalah dengan menggunakan tangki berkapasitas 1000 kg dan dicampur dengan 7 kg amonia yang dilarutkan dalam 400 – 600 cc zat anti basi yang berfungsi untuk mencegah koagulasi. Getah yang akan dimasukkan kedalam tangki adalah getah yang mempunyai DRC 100 yang diukur dengan Metrolug.
2. Lump
Lump adalah gumpalan karet di dalammangko sadap atau penampung lain yang diproses dengan cara penggumpalan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau penggumpalan alami.Penggumpalan dilakukan dengan menambahkan bahan penggumpal larutan 5% ke dalam mangko setelah pohon dideres dengan dosis 60 – 80 ml/l lateks. Produksi per pohon berkisar antara 150 – 350 ml sehingga penambahan penggumpal per mangko adalah 10 – 25 ml. Labu semprot dan botol air baterai dapat digunakan untuk keperluan ini, yaitu dengan memencet botol yang berisi bahan penggumpal. Pemencetan disesuaikan dengan ukuran lobang yang dibuka (biasanya 1 kali pencet akan keluar 5 ml, jadi cukup dengan 2 – 5 kali pencet). Penambahan penggumpal lebih baik dilakukan setelah lateks berhenti menetes dari bidang sadap, sehingga volume setiap mangko lebih mudah ditaksir. Pengutipan lum mangko di lapangan dapat dilakukan pada sore hari atau pada saat akan menderes kembali. Lump mangko yang telah terkumpul harus disimpan diatas anjang-anjang kayu agar air didalam koagulum dapat menetes dan kebersihan lebih terjaga. Begitu seterusnya sampai saat penjualan.
3. Slab
Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau dari lump mangkok segar yang derekatkan dengan atau tanpa lateks. Untuk membuat slab, terlebih dahulu lateks kebun dikutip dan dikumpulkan kemudian digumpalkan dengan bahan penggumpal dengan dosis seperti pembuatan lump mangkok. Bentuk slab yang di hasilkan tergantung ukuran dan tempat mencetaknya. Pencetakan dapat dilakukan dalam kotak aluminium atau kayu atau yang terbuat dari semen atau dapat pula dibuat lobang segi empat pada tanah tetapi harus dilapisi plastik. Biasanya, ukuran yang banyak digunakan adalh 40 x 40 x 6 cm, sehingga volume kayu lateks yang digumpalkan sekitar 15 liter. Slab yang dihasilkan juga harus disimpan seperti lump mangkok. Slab juga harus dijaga kebersihannya dan jangan sampai menambahkan bahan pengotor.
Sleb tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lum mangkok yang dibekukan. Proses pembuatan sleb tipis di TPH (Tempat Penampungan Hasil) adalah sebagai berikut:
§ Lump disusun rata di dalam bak pembeku atau bak pembeku saja tanpa lum.
§ Penambahan Coatex SP 5 % ke dalam lateks kebun dengan dosis 60 ml per liter lalu diaduk.
§ Larutan yang sudah diaduk di tuangkan ke dalam bak pembeku lalu diaduk merata
§ Lebih kurang 2-3 jam lateks yang sudah menggumpal diangkat dan disimpan dalam rak penyimpanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar