TUGAS
MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN LANJUTAN
“Pengendalian
Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit”
Oleh
:
KELOMPOK
VI
1. HERRY A SITUMORANG (05081001022) (Ketua)
2. ARTHA D (05081001021)
3. SRI MAHARANI (05081001023)
4. GOCEN BUTAR
BUTAR (05081001024)
5.
M.UMAR WAHAB (05081001019)
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A
. Latar Belakang
Tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu
jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal
ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di
dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya
tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan
meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan
usaha peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat
tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Balai
Informasi Pertanian,1990).
Tanaman
kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan
dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan
kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai
sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini
sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun
1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Ditjenbun, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan
komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda
dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar
terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi
Indonesia. Data dari Direktorat Jendral
Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847
ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas. Produktivitas kelapa sawit
adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha
pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus
dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi
diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM) adalah pengendalian
hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari
subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian
rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor
perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya
dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang
kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu
kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman.
Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
B . Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk sarana bacaan dalam pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman
Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar
skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar
kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1
meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008). Tanaman kelapa sawit
umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah
fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa
terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit
terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008). Daun kelapa
sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua
lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun
pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan
daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let)
pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2005).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai
dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan
berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa
sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya
bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang
lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan
buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya
semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan
semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar
minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit
bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya
dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah
hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian
yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7
jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan
laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008). Di daerah-daerah yang
musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat
terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu
berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi
menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum
bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C
diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah
tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan
faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk
menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar
yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005). Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman
kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek
bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan
terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).
Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi
perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan
tidak tergenang (Sunarko, 2008).
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A . Hasil
B . Pembahasan
Dalam budidaya kelapa sawit, pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara manual ( hand picking )
dimana sedapat mungkin hama ( ulat, serangga, kutu dan lain-lain ) diambil
dengan tangan; atau dengan cara biologis dengan menggunakan predator alami
seperti burung hantu untuk mengendalikan hama tikus; atau juga dengan cara
kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia ( pestisida ).
Produktifitas dan hasil
produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit. Tanaman
yang dibudidayakan produksinya tidak akan dapat optimal jika mengalami serangan
hama dan penyakit. Oleh sebab itu perlu pengenalan dan pengetahuan secara umum
dan praktis mengenai hama dan penyakit, sehingga akan memudahkan dalam
mengidentifikasi dan proses penanganan lebih lanjut. Harapannya gambaran secara
umum ini dapat membantu kemudahan dari sisi operasionalisasi di lapangan dalam
kegiatan budidaya kelapa sawit. Serangan hama dan penyakit pada tanaman pada situasi ekstrim tertentu dapat
menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam budidaya, bahkan menyebabkan
kematian bagi tanaman.
Cara – cara demikian diatas harus
dipertimbangkan dengan matang dan harus selektif dalam memilih dan menggunakan
alat / bahan khususnya di pembibitan, mengingat tanaman yang masih muda dan
peka terhadap kandungan bahan aktif dalam pestisida yang mempunyai ikatan unsur
tembaga, air raksa atau timah. Pada tahap pre nursery, tidak dibenarkan
menyemprot dengan pestisida, terutama yang mengandung unsur – unsur kimia yang berbahaya
pada tanaman tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A . Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari makalah ini, antara lain ;
1.
Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan
hama dan penyakit.
2.
Masing-masing hama dan penyakit memberikan serangan dan gejala yang
berbeda-beda pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
3.
Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api,
dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
4.
Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering
diserang yaitu bagian daun tanaman.
5.
Pengendalian penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian
herbisida atapunu pestisida, sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang,
dapat dikendaliakan dengan pelepasan predator dari hama itu sendiri, untk
menghindari ledakan hama penyerang tanaman ini.
B . Saran
Saran
yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun
pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan
dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit
itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.
DAFTAR
PUSTAKA
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit.
Kanisius. Yogyakarta
Anonim. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan
Hasil dan Aspek
Pemasaran.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan, I. 2006.
Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410
hal.
Perangin-angin,
S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas
Plantation, Kalimantan Tengah.
Zaman,
F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) PT.
Sentosa
Mulia Bahagia, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Fakultas
Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
LAMPIRAN GAMBAR
Hama Utama pada Tanaman Kelapa Sawit
|
|
|
Belalang
Kumbang tanduk
Ulat api
(Valanga nigricornis)
(Oryctes rhinoceros) (Darna trima)
Tungau
Ulat
api Ulat api
(Oligonychus pratensis)
(Parasa lepida)
(Thosea asigna)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar